Eskalasi Konflik Iran-Israel: Pemerintah Indonesia Perkuat Ketahanan Ekonomi Nasional
Pemerintah Antisipasi Dampak Meluas Konflik Iran-Israel terhadap Perekonomian Nasional
Ketegangan geopolitik yang meningkat antara Iran dan Israel telah mendorong pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah antisipatif guna melindungi stabilitas ekonomi nasional. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menekankan perlunya kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi dampak dari konflik tersebut, terutama setelah lonjakan harga minyak dunia yang mencapai 8% hanya dalam satu hari.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Nathan Kacaribu, menjelaskan bahwa pemerintah berfokus pada disiplin fiskal sebagai strategi utama untuk menjaga ketahanan ekonomi. Salah satu indikator keberhasilan strategi ini adalah performa Surat Berharga Negara (SBN) yang tetap menarik bagi investor global.
"SBN kita yang bertenor 10 tahun, sejak awal tahun hingga saat ini, suku bunganya justru mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa di antara berbagai instrumen investasi di negara berkembang, Indonesia berhasil menarik capital inflow dan mencegah capital outflow," ujar Febrio dalam forum CNBC Indonesia Economic Update 2025 di Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Febrio menambahkan, disiplin fiskal ini penting untuk menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetap kuat dalam menghadapi ketidakpastian global. Pemerintah menyadari bahwa konflik global dapat berdampak signifikan pada proyeksi pertumbuhan ekonomi.
"Ketika kita menghadapi kondisi yang tidak pasti, lembaga seperti IMF dan Bank Dunia cenderung merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia. Menteri Keuangan telah menyampaikan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia direvisi menjadi 4,7%, turun 0,4% dari proyeksi sebelumnya," jelasnya.
Namun, pemerintah telah menyiapkan serangkaian stimulus untuk meminimalkan dampak negatif ketidakpastian global terhadap masyarakat. Stimulus senilai Rp 24,4 triliun dialokasikan untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendukung sektor-sektor ekonomi yang rentan.
Paket stimulus tersebut mencakup berbagai inisiatif, antara lain:
- Diskon tiket transportasi
- Diskon tarif tol
- Diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
- Bantuan Subsidi Upah (BSU)
- Tambahan bantuan sosial (bansos)
Stimulus ini juga berfungsi sebagai langkah mitigasi terhadap potensi dampak kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.
"Dengan tantangan global yang berat ini, kita berharap dapat mempertahankan ketahanan ekonomi dalam jangka pendek, sambil tetap fokus pada tujuan jangka menengah dan jangka panjang," pungkas Febrio.