Aktivitas Vulkanik Gunung Lewotobi Sebabkan Penutupan Sementara Beberapa Bandar Udara di NTT dan NTB
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, telah menyebabkan gangguan signifikan terhadap operasional penerbangan di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) mengambil langkah mitigasi dengan menutup sementara tiga bandar udara sebagai respons terhadap sebaran abu vulkanik.
Otoritas Bandar Udara Wilayah IV mengumumkan penutupan Bandar Udara Fransiskus Xaverius Seda di Maumere, Bandar Udara Soa di Bajawa, dan Bandar Udara Haji Hasan Aroeboesman di Ende. Penutupan ini dilakukan demi keselamatan penerbangan mengingat potensi bahaya abu vulkanik terhadap mesin pesawat dan sistem navigasi. Penutupan ketiga bandara tersebut dilakukan dengan waktu yang berbeda-beda, menyesuaikan dengan perkembangan situasi dan perkiraan pergerakan abu vulkanik.
Dampak dari penutupan bandara ini sangat terasa pada sejumlah rute penerbangan. Tercatat 26 rute penerbangan, yang terdiri dari 12 rute internasional dan 14 rute domestik, mengalami gangguan. Lebih dari 14.000 penumpang terkena dampak dari penutupan ini. Beberapa bandara dengan jumlah penumpang terdampak terbesar adalah Denpasar, Labuan Bajo, Lombok, dan Maumere. Bandara lain seperti Kupang, Bajawa, Ende, Sabu, dan beberapa rute konektivitas di NTT, NTB, dan Bali juga mengalami imbasnya.
Ditjen Hubud telah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk memfasilitasi penumpang yang terdampak. Opsi yang diberikan meliputi pengalihan penerbangan, pengembalian dana tiket (refund), dan penjadwalan ulang penerbangan. Langkah ini diambil untuk meminimalkan kerugian yang dialami penumpang dan memastikan mereka tetap mendapatkan layanan yang optimal.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara menekankan bahwa keselamatan penerbangan adalah prioritas utama. Keputusan penutupan bandara didasarkan pada data dan analisis terkini mengenai aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi dan potensi dampaknya terhadap penerbangan. Pemantauan terus dilakukan secara intensif untuk memastikan operasional bandara dapat kembali normal secepat mungkin setelah situasi memungkinkan.
Operator penerbangan dan pengelola bandara diimbau untuk memberikan kompensasi yang sesuai kepada penumpang yang terdampak, sesuai dengan regulasi yang berlaku. Kompensasi dapat berupa penjadwalan ulang penerbangan, pengalihan rute, atau pengembalian dana tiket secara penuh. Langkah ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri penerbangan dan memberikan perlindungan maksimal kepada pengguna jasa.
Di Labuan Bajo, maskapai penerbangan berkoordinasi dengan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) untuk menyediakan transportasi laut sebagai alternatif bagi penumpang yang tertahan akibat penutupan bandara. AirNav Indonesia juga telah menerapkan prosedur kontingensi, termasuk opsi pengoperasian Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai-Bali selama 24 jam untuk mengakomodasi pengalihan penerbangan.
Ditjen Hubud akan terus memantau, mengevaluasi, dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk memastikan keselamatan, keamanan, dan kelancaran operasional penerbangan di tengah situasi erupsi Gunung Lewotobi. Informasi terbaru akan terus disampaikan kepada masyarakat dan pelaku industri penerbangan agar dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan.