Indonesia Berpotensi Kembangkan Energi Surya Skala Besar di Lahan Bekas Tambang Batu Bara
Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di lahan-lahan bekas tambang batu bara yang tersebar di berbagai wilayah. Berdasarkan laporan terbaru dari Global Energy Monitor (GEM), potensi kapasitas PLTS yang dapat dikembangkan di lahan-lahan tersebut mencapai hingga 59,45 gigawatt (GW).
Laporan GEM yang berjudul Bright Side of the Mine: Solar’s Opportunity to Reclaim Coal’s Footprint menyoroti peluang pemanfaatan lahan bekas tambang batu bara untuk pengembangan energi surya di negara-negara produsen batu bara utama, termasuk Indonesia. Manajer Proyek Energy Transition Tracker GEM, Cheng Cheng Wu, menyatakan bahwa transisi dari tambang batu bara ke energi surya sedang berlangsung dan memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan.
GEM mengidentifikasi sebanyak 446 tambang batu bara di seluruh dunia dengan total luas area mencapai 5.820 kilometer persegi. Data ini mencakup lahan bekas tambang yang ditinggalkan sejak tahun 2020 serta tambang yang diperkirakan akan berhenti beroperasi pada tahun 2030 karena cadangan batu bara yang menipis. Di Indonesia sendiri, GEM mencatat terdapat 26 tambang dengan luas total 1.190 kilometer persegi yang diprediksi akan berhenti beroperasi sebelum tahun 2030. Sebagian besar tambang ini berlokasi di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Dengan mengalihfungsikan lahan-lahan bekas tambang tersebut menjadi PLTS, Indonesia berpotensi menghasilkan listrik hingga 59,45 GW. Potensi ini dapat menjadi kontribusi signifikan dalam mencapai target netral karbon yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2060.
Beberapa perusahaan pertambangan, seperti PT Bukit Asam Tbk, telah mengambil langkah konkret untuk merealisasikan potensi ini. PT Bukit Asam Tbk telah mengumumkan rencana pembangunan PLTS di tiga lokasi bekas tambang, yaitu di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan dengan kapasitas masing-masing 200 MW, serta di Kalimantan Timur dengan kapasitas 30 MW. Inisiatif ini menunjukkan komitmen sektor swasta dalam mendukung transisi energi di Indonesia.
Transformasi lahan bekas tambang menjadi PLTS juga akan memberikan dampak positif bagi perekonomian. GEM memperkirakan bahwa pengembangan PLTS di lahan-lahan bekas tambang dapat menciptakan 259.700 pekerjaan permanen dan 317.500 pekerjaan konstruksi serta pekerjaan sementara. Jumlah ini bahkan lebih besar dari perkiraan jumlah tenaga kerja di sektor batu bara yang akan hilang secara global hingga tahun 2035.
Cheng Cheng Wu menekankan bahwa pemanfaatan kembali tambang untuk pengembangan energi surya menawarkan peluang unik untuk menggabungkan pemulihan lahan, penciptaan lapangan kerja lokal, dan penggunaan energi bersih dalam satu strategi yang terintegrasi. Hal ini menunjukkan bahwa transisi energi tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga bagi masyarakat dan perekonomian secara keseluruhan.
Berikut adalah beberapa poin penting terkait potensi pengembangan PLTS di lahan bekas tambang batu bara di Indonesia:
- Potensi kapasitas PLTS: 59,45 GW
- Jumlah tambang potensial: 26
- Luas lahan potensial: 1.190 kilometer persegi
- Lokasi utama: Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur
- Dampak ekonomi: Penciptaan ratusan ribu pekerjaan
Dengan memanfaatkan potensi ini, Indonesia dapat mempercepat transisi energi, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mencapai target pembangunan berkelanjutan.