Servatius, Dalang Cilik Purworejo: Pelestari Wayang di Era Digital
Di Purworejo, Jawa Tengah, di tengah gempuran budaya populer, seorang anak berusia delapan tahun bernama Servatius Bangkit Mulya Atmaja, atau akrab disapa Serva, justru memilih wayang sebagai bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Serva, siswa kelas tiga SD asal Desa Wirun, Kecamatan Kutoarjo, adalah sosok istimewa yang tak hanya menyukai wayang, tetapi juga menghidupinya. Di balik tubuh mungilnya, bersemayam jiwa seorang dalang muda yang bersemangat melestarikan warisan budaya bangsa.
Kecintaan Serva pada wayang tumbuh sejak usia dini. Saat anak-anak seusianya sibuk dengan mainan modern, Serva sudah terpesona oleh dunia pewayangan yang klasik dan kaya makna. "Pertama suka wayang itu waktu diajak nonton orang tua," ungkap Serva dengan senyum polos saat ditemui di kediamannya. Sebuah hadiah sederhana dari pamannya, seorang dalang, menjadi titik awal perjalanan panjangnya. Hadiah itu berupa satu set wayang Pandawa Lima berukuran mini. Melihat antusiasme Serva, ayahnya memodifikasi mainan tersebut dengan menambahkan gapit (pegangan), sehingga wayang bisa dimainkan dengan lebih serius. "Wayang pertama saya itu wayang Pandawa Lima yang kecil. Sejak itu, saya jadi sering memegang wayang," kenang Serva.
Serva tak hanya bermain-main dengan wayang. Ia mulai belajar mendalang secara serius. Selain belajar secara otodidak, Serva juga berguru kepada tiga tokoh wayang di daerahnya, yaitu Pak Kesit, Pak Narpo, dan Pak Waluyo. Dari mereka, Serva mempelajari berbagai aspek mendalang, mulai dari teknik memainkan keprak, mengolah suara, hingga memahami pakem-pakem kisah Mahabharata dan Ramayana.
"Pertama gurunya namanya Pak Kesit. Terus aku pindah ke guru namanya Pak Narpo, dan yang di sini ada Pak Waluyo," kata Serva. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Serva telah tampil mendalang lebih dari sepuluh kali, membawakan lakon-lakon klasik seperti Brotoseno Lahir, Babat Alas Wonomarto, dan Dososono Gugur. Di usianya yang belum genap sepuluh tahun, ia sudah memahami alur cerita wayang yang dibawakannya dan mampu memerankan tokoh-tokohnya dengan suara dan ekspresi yang khas. Lakon favoritnya adalah Babat Alas Wonomarto, yang mengisahkan tentang Pandawa membuka hutan Wanamarta yang diberikan Prabu Destarata sebagai pengganti hak mereka atas kerajaan Astina. Tokoh wayang favoritnya adalah Werkudoro, karena wataknya yang baik dan selalu menang dalam pertempuran.
Meski sibuk dengan latihan dan pentas, Serva tetap berprestasi di sekolah, yaitu SD Pius Kutoarjo. Ia bahkan sering tampil dalam acara-acara sekolah, di mana para guru membantunya menyusun naskah lakon yang akan dibawakan. Dukungan keluarga juga sangat berperan dalam perjalanan Serva di dunia wayang. Kakek dan neneknya pernah memberinya satu set wayang yang semakin memotivasinya.
"Saat itu saya merasa sangat senang, langsung saya mainkan wayang-wayang tersebut," ujarnya. Dalam setiap penampilannya, Serva selalu memukau penonton dengan gaya penceritaannya yang lugas dan detail. Baginya, wayang adalah media untuk mengekspresikan kreativitas sekaligus melestarikan budaya. Selain pentas, Serva juga aktif mempelajari filosofi yang terkandung dalam cerita wayang. Ia bercita-cita untuk terus mengembangkan kemampuannya dan mengenalkan wayang kepada generasi muda agar mereka tetap mencintai budaya bangsa. "Wayang itu keren, dan saya ingin banyak orang tahu bahwa budaya kita luar biasa," tegasnya. Dalam waktu dekat, Serva dijadwalkan tampil di sebuah acara di Desa Dewi dengan membawakan lakon Babat Alas Wonowarto. Ia sangat bersemangat untuk kembali menunjukkan bakatnya di hadapan penonton yang lebih luas.
Serva berharap semakin banyak anak-anak yang tertarik dengan dunia wayang.
"Saya ingin anak-anak seperti saya juga bisa belajar wayang. Wayang itu tidak hanya seni, tapi juga cerita tentang hidup," pungkasnya. Dengan bakat dan semangatnya, Serva membuktikan bahwa usia muda bukanlah halangan untuk melestarikan budaya bangsa.
Berikut daftar lakon yang pernah dibawakan oleh Serva:
- Brotoseno Lahir
- Babat Alas Wonomarto
- Dososono Gugur