Konflik Timur Tengah Memperparah Kondisi Lansia Asal London yang Terjebak di Israel

Kecemasan mendalam dirasakan Howard Youngerwood (79), seorang pensiunan hakim asal London, setelah terjebak di Israel akibat konflik bersenjata yang berkecamuk di wilayah tersebut. Awalnya, kedatangannya ke Israel adalah untuk menghadiri perayaan Bar Mitzvah cucunya, sebuah momen yang seharusnya penuh kebahagiaan. Namun, eskalasi konflik yang mendadak mengubah suasana menjadi ketakutan dan ketidakpastian.

Howard dan keluarganya terpaksa dievakuasi dari sebuah kibbutz di dekat Yerusalem. Kondisinya yang sudah tidak prima, ditambah dengan keterbatasan mobilitas akibat masalah kesehatan, membuat proses evakuasi menjadi sangat sulit. Setiap kali sirene berbunyi, ia harus berjuang untuk mencapai tempat perlindungan, sebuah perjuangan yang menguras tenaga dan mental.

"Kami sangat lelah. Harus sering berpindah-pindah. Saya bahkan harus terpincang-pincang menuju tempat perlindungan. Ini benar-benar menguras tenaga, terlebih saat mendengar banyaknya korban jiwa," ungkap Howard, mencerminkan keputusasaannya.

Kondisi Howard yang rentan membuatnya tidak mungkin melakukan perjalanan darat untuk evakuasi. Ia juga menilai opsi tersebut terlalu berisiko mengingat situasi yang semakin memburuk. Saat ini, Howard dan keluarganya sangat berharap adanya bantuan dari pemerintah Inggris atau organisasi internasional untuk mengevakuasi warga lanjut usia dan mereka yang memiliki kondisi medis serius dari zona konflik dengan aman.

Eskalasi konflik antara Israel dan Iran telah menyebabkan penutupan sebagian besar wilayah udara di Timur Tengah, termasuk Israel, Iran, Irak, dan Suriah. Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (EASA) dan Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) telah mengeluarkan peringatan tentang risiko tinggi bagi lalu lintas udara di wilayah tersebut.

Penutupan Bandara Ben Gurion di Tel Aviv serta pembatalan penerbangan oleh berbagai maskapai, termasuk British Airways yang menghentikan penerbangan ke Bahrain dan Yordania, semakin memperburuk situasi. Penerbangan penghubung melalui Dubai ke negara-negara yang terdampak juga mengalami pembatasan.

Lebih dari 150 maskapai penerbangan, termasuk Air France-KLM, Lufthansa, dan Wizz Air, terpaksa mengalihkan rute penerbangan melalui koridor udara yang sempit. Hal ini menyebabkan kemacetan, penundaan, dan peningkatan biaya operasional. Penerbangan ke tujuan seperti Asia Tengah dan Timur, Maladewa, Australia, dan Selandia Baru terkena dampak yang signifikan.