Perdagangan Jepang Tertekan: Ekspor Anjlok di Tengah Ketidakpastian Global

Ekonomi Jepang menghadapi tantangan berat di sektor perdagangan. Data terbaru menunjukkan ekspor Negeri Sakura mengalami penurunan signifikan pada bulan Mei 2025, mencapai 1,7 persen secara tahunan. Penurunan ini merupakan yang terdalam sejak September 2024, menggarisbawahi betapa ketidakpastian perdagangan global terus menghantui Jepang.

Angka ini, meski lebih baik dari proyeksi awal para ekonom yang memperkirakan penurunan hingga 3,8 persen, tetap menjadi perhatian serius. Kementerian Perdagangan Jepang melaporkan bahwa ekspor ke Amerika Serikat (AS), mitra dagang utama, mengalami kontraksi signifikan sebesar 11,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Bank of Japan (BOJ) dalam pernyataannya mengungkapkan kekhawatiran mendalam terkait perkembangan kebijakan perdagangan di berbagai negara. BOJ menyoroti ketidakpastian mengenai arah kebijakan perdagangan dan dampaknya terhadap aktivitas ekonomi serta harga di pasar global.

Penurunan ekspor ini berdampak langsung pada kinerja Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang. Pada kuartal pertama tahun 2025, ekonomi Jepang mengalami kontraksi sebesar 0,2 persen. Ini adalah kali pertama dalam setahun terakhir ekonomi Jepang mengalami penurunan kuartalan.

Selain penurunan ekspor, impor Jepang juga mengalami penurunan sebesar 7,7 persen pada bulan Mei. Angka ini lebih besar dari perkiraan jajak pendapat Reuters yang memprediksi penurunan sebesar 6,7 persen. Akibatnya, defisit perdagangan Jepang mencapai 637,6 miliar yen pada bulan Mei, lebih rendah dari perkiraan defisit sebesar 892,9 miliar yen.

Jepang juga menghadapi potensi tantangan terkait tarif ekspor ke AS. Saat ini, tarif dasar yang berlaku adalah 10 persen. Namun, angka ini berpotensi melonjak hingga 24 persen jika tarif timbal balik Trump yang saat ini ditangguhkan diaktifkan kembali dan Jepang gagal mencapai kesepakatan sebelum batas waktu 9 Juli.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penurunan Ekspor Jepang:

  • Ketidakpastian Perdagangan Global: Perang dagang dan tensi geopolitik yang meningkat menciptakan iklim investasi dan perdagangan yang tidak menentu.
  • Melemahnya Permintaan Global: Pertumbuhan ekonomi global yang melambat berdampak pada permintaan barang dan jasa dari Jepang.
  • Apresiasi Yen: Penguatan mata uang Yen membuat produk Jepang menjadi lebih mahal di pasar internasional.
  • Persaingan dari Negara Lain: Persaingan yang semakin ketat dari negara-negara lain, terutama di Asia Tenggara, menekan pangsa pasar ekspor Jepang.

Implikasi bagi Ekonomi Jepang:

  • Pertumbuhan Ekonomi yang Lebih Lambat: Penurunan ekspor dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Jepang secara keseluruhan.
  • Tekanan pada Sektor Manufaktur: Sektor manufaktur, yang sangat bergantung pada ekspor, akan terpukul oleh penurunan permintaan.
  • Potensi PHK: Perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor mungkin terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) jika penurunan ekspor berlanjut.

Upaya Pemerintah Jepang:

Pemerintah Jepang berupaya untuk mengatasi tantangan ini dengan berbagai cara, termasuk:

  • Mencari kesepakatan perdagangan baru dengan negara-negara lain.
  • Mendorong investasi asing langsung (FDI) ke Jepang.
  • Meningkatkan daya saing produk Jepang melalui inovasi dan teknologi.
  • Memberikan dukungan kepada sektor usaha kecil dan menengah (UKM) yang berorientasi ekspor.

Jepang perlu mengambil langkah-langkah strategis dan komprehensif untuk mengatasi tantangan di sektor perdagangan dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.