Kepanikan Keluarga Jemaah Haji Kloter 12 JKS Akibat Ancaman Bom di Pesawat Saudia Airlines
Bogor, Jawa Barat - Ibrahim (30) dilanda kecemasan mendalam ketika menerima pesan singkat dari istrinya, K (40), melalui aplikasi Whatsapp. Pesan itu datang di saat yang tidak terduga, ketika pesawat yang ditumpangi istrinya seharusnya sudah mendarat di Jakarta.
K, bersama putranya RAM (18), adalah bagian dari 442 jemaah haji Kloter 12 JKS yang menumpang pesawat Saudia Airlines SV 5276 rute Jeddah-Jakarta. Pesawat tersebut dijadwalkan tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 11.00 WIB. Namun, kenyataan berkata lain. Pesan singkat dari K mengabarkan bahwa pesawat mengalami trouble dan ternyata mendarat darurat di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara.
"Awalnya saya kaget istri Whatsapp saya sebelum pesawat landing sesuai jadwal. Tahu-tahu bilang pesawat trouble," ujar Ibrahim dengan nada cemas. Kebingungan Ibrahim bertambah karena informasi awal menyebutkan bahwa Kloter 12 JKS akan dijemput di kantor Walikota Depok. Namun, di tengah perjalanan menuju Depok, ia menerima kabar pendaratan darurat tersebut.
Ancaman Bom yang Mencengkam
Ketegangan semakin meningkat ketika Ibrahim mengetahui bahwa pendaratan darurat tersebut disebabkan oleh ancaman bom. Ironisnya, para penumpang, termasuk istri dan anaknya, tidak diberi tahu mengenai ancaman ini oleh kru kabin maupun pilot pesawat. Mereka baru menyadari situasi genting setelah Ibrahim mencari informasi dari berita online.
"Istri saya malah tau dari saya beritanya, karena saya cari-cari (berita). Jadi saat kejadian awal, pihak maskapai diam saja saat ditanya ada apa," ungkap Ibrahim.
Menurut cerita istrinya, saat mendarat di Bandara Kualanamu, para penumpang sedang menikmati hidangan. Tiba-tiba, petugas datang dan menginstruksikan seluruh penumpang untuk turun dari pesawat dengan hanya membawa ponsel dan paspor. Barang-barang lain harus ditinggalkan di dalam pesawat. Di landasan pacu, sejumlah mobil pemadam kebakaran dan tim Gegana Polri sudah bersiaga. Bahkan, gambar mobil pemadam kebakaran tersebut sempat terlihat di layar inflight entertainment pesawat.
Kementerian Perhubungan mengonfirmasi adanya ancaman bom yang dikirimkan oleh orang tak dikenal melalui surat elektronik. Ancaman tersebut menargetkan pesawat Saudia Airlines SV 5276.
Penanganan Darurat dan Penantian Panjang
Menyusul ancaman tersebut, Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Kualanamu mengaktifkan Emergency Operation Center (EOC) untuk memastikan prosedur keamanan berjalan sesuai ketentuan. Prioritas utama adalah keselamatan dan keamanan seluruh penumpang dan pengguna jasa bandara.
Ibrahim menceritakan bahwa saat turun dari pesawat, para penumpang tidak panik karena tidak mengetahui adanya ancaman bom. Mereka dievakuasi melalui pintu utama, bukan pintu darurat. Setelah menunggu di landasan pacu, para penumpang dipindahkan ke ruang tunggu bandara.
"Rata-rata pada kebelet buang air aja sih soalnya toilet di pesawat pada di-lock semua. Toilet di-lock kan memang karena mendarat darurat," kata Ibrahim.
Di ruang tunggu, para penumpang menerima kompensasi makanan sambil menunggu kepastian mengenai kelanjutan penerbangan. Informasi yang diterima Ibrahim dari istrinya menyebutkan bahwa penerbangan ditunda hingga hari berikutnya. Sempat ada kabar bahwa para penumpang akan diinapkan di hotel terdekat, namun belum ada kejelasan.
Harapan di Tengah Kecemasan
Ibrahim merasa sedikit lega ketika akhirnya mendapat kabar bahwa para penumpang mendapatkan penanganan lanjutan. Setelah menunggu hampir delapan jam di bandara, istri dan anaknya dipindahkan ke hotel untuk beristirahat. Ibrahim berharap agar istri dan anaknya dapat segera pulang ke rumah dengan selamat.
"Selanjutnya tentunya harus ada permintaan maaf dari pihak-pihak yang terkait dengan insiden ini karena jamaah tersisa secara fisik maupun psikisnya dan waktunya yang terbuang," ujar Ibrahim. Ia menambahkan bahwa bukan hanya penumpang yang merasakan dampak dari kejadian ini, tetapi juga keluarga yang menunggu di rumah.
Ibrahim berharap insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.