Kegigihan Nenek Karci di Usia 85 Tahun: Belajar Mengaji di Bulan Ramadhan

Kegigihan Nenek Karci di Usia 85 Tahun: Belajar Mengaji di Bulan Ramadhan

Di bulan suci Ramadhan, semangat belajar tak kenal usia. Hal ini dibuktikan oleh Karci, seorang nenek berusia 85 tahun asal Desa Tegal Lurung, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu. Meskipun penglihatannya mulai menurun dan napasnya tersengal-sengal, semangatnya untuk mengenal huruf hijaiyah tetap membara. Karci adalah salah satu dari 50 lansia yang mengikuti Pesantren Ramadhan Lansia, sebuah program inisiatif Relawan Rumah Zakat Indramayu yang telah berjalan selama empat tahun.

Perjuangan Karci untuk belajar mengaji bukanlah hal yang mudah. Lahir sebelum kemerdekaan Indonesia, ia tak pernah merasakan pendidikan formal. Masa kecilnya diwarnai suasana mencekam penjajahan Jepang dan Belanda, di mana kesempatan untuk belajar nyaris tak ada. Dibesarkan oleh neneknya setelah ibunya meninggal, Karci tumbuh tanpa kemampuan membaca dan menulis. Kini, di usia senjanya, ia mencoba mengejar ketertinggalan tersebut dengan tekun mengikuti setiap sesi pembelajaran di pesantren Ramadhan.

Meskipun proses belajarnya lambat, Karci menunjukkan keuletan yang patut diacungi jempol. Setelah empat tahun belajar, ia baru mampu mengenal beberapa huruf hijaiyah, seperti alif dan ba. Kendala fisik dan usia lanjut tak menyurutkan semangatnya. Karci meyakini bahwa mengeluh hanya akan memperburuk kondisi kesehatannya. Ia memilih untuk fokus pada proses belajarnya, memanfaatkan waktu luang di antara aktivitas rumah tangga seperti mencuci dan membersihkan rumah.

"Jadi kalau beberes rumah sudah selesai terus tidur. Kalau sudah jam 10 jadwalnya ke sini ya ke sini belajar ngaji. Kalau nggak ada jadwal ya nggak ke sini, saya mah sudah tua nggak kemana-mana," ungkap Karci kepada awak media, Selasa (11/3/2025).

Keberhasilan anak dan cucunya dalam mengenyam pendidikan menjadi motivasi tersendiri bagi Karci. Ia bersyukur atas pencapaian mereka dan berharap dapat terus belajar, meskipun hanya mengenal beberapa huruf hijaiyah. Kisah Karci menjadi inspirasi bagi banyak orang, menunjukkan bahwa semangat belajar dapat muncul di usia berapa pun dan dalam kondisi apa pun.

Pesantren Ramadhan Lansia sendiri memberikan berbagai pembelajaran dan bimbingan keagamaan kepada para lansia peserta. Tidak hanya mengaji, peserta juga mendapatkan penyuluhan kesehatan. Relawan Rumah Zakat, Lastri Mulyani, menjelaskan bahwa partisipasi peserta setiap hari bervariasi, sekitar 40 dari 50 peserta, dikarenakan adanya keperluan keluarga. Meskipun banyak peserta yang masih berjuang mengenal huruf hijaiyah, Lastri melihat adanya progres positif dalam pembelajaran tilawatil Quran.

"Iya, banyak. Tadi kan dari semua peserta itu sekitar 40 persen yang udah lancar Qur'an dan 60 persennya masih iqro, masih belajar Alif, Ba, Ta, seperti itu. Ada yang udah lancar, ada yang iqro tapi ada juga yang benar-benar sama sekali tidak tahu huruf Alif," jelas Lastri. Ia menambahkan, meskipun belajar di usia lanjut diibaratkan seperti menulis di atas air, kehadiran dan usaha para lansia tetap mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.

Kesimpulan: Kisah Nenek Karci membuktikan bahwa semangat belajar tak mengenal batas usia. Kegigihannya dalam menuntut ilmu di usia senja patut menjadi inspirasi bagi kita semua. Pesantren Ramadhan Lansia pun menjadi wadah yang efektif dalam memberikan kesempatan belajar bagi para lansia dan membantu mereka untuk tetap produktif di usia senja.