Konflik Israel-Iran Ancam Kestabilan Harga BBM Nasional: Analisis dan Proyeksi Dampak Ekonomi

markdown Perkembangan konflik antara Israel dan Iran memicu kekhawatiran akan dampaknya terhadap harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia. Sebagai negara pengimpor minyak mentah, fluktuasi harga minyak dunia memiliki implikasi langsung terhadap perekonomian nasional.

Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menyoroti potensi lonjakan harga minyak dunia jika konflik tersebut terus bereskalasi. Merujuk pada data terkini, harga minyak mentah Brent telah menunjukkan respons signifikan dengan kenaikan 13 persen menjadi 78,50 dollar AS per barel setelah serangan Israel ke Iran. Fahmy memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat mendorong harga minyak mentah dunia melampaui 100 dollar AS per barel.

"Sebagai negara pengimpor, kenaikan harga minyak dunia tak terhindarkan akan memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia," tegas Fahmy. Dia menekankan bahwa pemerintah akan menghadapi dilema terkait penetapan harga BBM dalam negeri. Jika harga BBM bersubsidi tidak disesuaikan, beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan membengkak, dan devisa negara akan terkuras untuk membiayai impor BBM. Hal ini berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Di sisi lain, menaikkan harga BBM bersubsidi dapat memicu inflasi, meningkatkan harga kebutuhan pokok, dan menurunkan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Fahmy mendesak pemerintah untuk bersikap realistis dan mengantisipasi dampak konflik tersebut, alih-alih memberikan harapan palsu kepada masyarakat.

Fahmy mengusulkan agar pemerintah menetapkan harga BBM bersubsidi berdasarkan indikator terukur. Jika harga minyak dunia tetap di bawah 100 dollar AS per barel, harga BBM bersubsidi tidak perlu dinaikkan. Namun, jika harga minyak dunia melampaui ambang batas tersebut, pemerintah perlu mempertimbangkan penyesuaian harga BBM bersubsidi untuk meringankan beban APBN.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa ketegangan geopolitik di Timur Tengah belum memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Namun, pemerintah tetap waspada terhadap potensi kenaikan harga minyak mentah dunia, dengan mempertimbangkan kepentingan negara-negara pengekspor minyak untuk menjaga stabilitas harga.

Airlangga juga meyakinkan bahwa konflik Iran dan Israel tidak akan secara langsung melemahkan nilai tukar rupiah. Menurutnya, dampak yang perlu diwaspadai adalah potensi gangguan terhadap pasokan minyak.

  • Kenaikan harga minyak dunia akan semakin menguras devisa untuk membiayai impor BBM
  • Ujung-ujungnya makin memperlemah kurs rupiah terhadap dollar AS, yang sempat menembus Rp 17.000 per dollar AS
  • Kenaikan harga minyak dunia akan semakin menguras devisa untuk membiayai impor BBM