Akhir Sebuah Legenda: Warung Sup Kura-Kura Singapura Tutup Pintu Setelah Puluhan Tahun

Setelah beroperasi selama puluhan tahun, Very Lucky Turtle Soup, sebuah warung makan legendaris di Berseh Food Centre, Jalan Besar, Singapura, mengumumkan penutupannya pada akhir Agustus mendatang. Keputusan berat ini diambil oleh pemiliknya, Chua Yoke Lin, yang berusia 65 tahun, karena alasan kesehatan.

Chua Yoke Lin, sang pemilik, terpaksa mengambil keputusan berat ini setelah dirinya dilarikan ke rumah sakit pada bulan April lalu. Dokter mendiagnosisnya dengan virus menular dan sirkulasi darah yang buruk di kakinya, akibat terlalu lama berdiri selama bekerja. Dokter menyarankan Chua untuk mengurangi jam kerjanya agar tidak berakibat pada kecacatan.

Warung yang telah menjadi bagian dari lanskap kuliner Singapura ini didirikan pada tahun 1960-an oleh orang tua Chua. Ia sendiri mulai mengoperasikannya pada tahun 1981, meneruskan warisan keluarga yang menyajikan hidangan sup kura-kura dan sup daging buaya, serta beragam hidangan menarik lainnya.

Bagi Chua, mempertahankan bisnis selama 44 tahun bukanlah perkara mudah. Ia menyaksikan sendiri bagaimana orang tuanya berjuang saat pertama kali merintis usaha ini. Sejak muda, Chua telah membantu orang tuanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan sebelumnya untuk belajar cara membuat nasi dalam pot tanah liat. Dedikasinya membuahkan hasil, dan ia berhasil melestarikan bisnis keluarga ini.

Setiap harinya, Chua membuka warungnya mulai pukul 9 pagi hingga 11 malam, menghabiskan waktu sekitar 14 jam dengan berdiri. Rutinitas ini berdampak buruk pada kesehatannya, yang memaksanya untuk mengambil keputusan sulit.

Selain masalah kesehatan, bisnisnya juga sempat mengalami penurunan akibat masalah bahan baku kura-kura. Setelah pemerintah Singapura melarang pemantaian kura-kura kolam China, Very Lucky Turtle Soup beralih menggunakan kura-kura tempurung lunak yang diimpor dari Indonesia.

Warung ini sempat mengalami masa keemasan pada tahun 1990-an, ketika seorang pelatih terkenal merekomendasikan sup kura-kura kepada para atlet. Seiring berjalannya waktu, pelanggan setianya didominasi oleh kalangan orang tua.

Meskipun berat hati, Chua memprioritaskan kesehatannya dan memutuskan untuk menutup warung sup kura-kuranya. "Saya tidak ingin terus bekerja sampai harus bergantung pada tongkat untuk berjalan. Saya berharap bisa beristirahat dengan baik setelah pensiun," ujarnya.

Chua tidak ingin warisannya hilang begitu saja. Ia berencana untuk menjual resep rahasianya kepada siapa pun yang berminat meneruskan usahanya. Meskipun memiliki dua putra, yang masing-masing berprofesi sebagai manajer dan pemasok daging babi, Chua enggan mewariskan bisnis ini kepada mereka. Menurutnya, bisnis kuliner membutuhkan tekad yang kuat, dan hanya mereka yang benar-benar tertarik yang akan mampu mempertahankannya dalam jangka panjang.

Resep rahasia tersebut ditawarkan dengan harga S$40.000 (sekitar Rp 508 juta). Chua yakin bahwa dengan bimbingannya, pembeli resep dapat menguasai keterampilan memasak sup kura-kura dalam waktu singkat. Ia bahkan bersedia mengunjungi kiosnya di masa depan untuk memberikan saran dan memastikan kualitas hidangan tetap terjaga.

Penutupan Very Lucky Turtle Soup menandai berakhirnya sebuah era dalam dunia kuliner Singapura. Warung ini bukan hanya sekadar tempat makan, tetapi juga bagian dari sejarah dan kenangan bagi banyak orang.