Pekan Raya Jakarta: Jejak Sejarah dan Kontribusi Ali Sadikin bagi Ibu Kota

Pekan Raya Jakarta (PRJ), lebih dari sekadar pesta tahunan, merupakan cerminan sejarah panjang pembangunan dan inovasi di Jakarta. Di balik gemerlap lampu dan hiruk pikuk pengunjung, terdapat visi seorang pemimpin, Ali Sadikin, yang ingin menghidupkan kembali semangat pasar tradisional dan memajukan industri dalam negeri.

Gubernur Jakarta periode 1966-1977 ini, terinspirasi oleh kenangan masa kecilnya tentang Pasar Gambir di Batavia, serta pameran-pameran dagang serupa seperti Jaarbeurs di Bandung dan Jaarmarkt di Surabaya. Pengalaman ini mendorongnya untuk menciptakan wadah promosi yang efektif bagi produk-produk lokal, sekaligus menjadi ajang hiburan bagi masyarakat Jakarta.

Inisiatif penyelenggaraan PRJ muncul dari kesadaran Ali Sadikin akan perlunya mendorong pertumbuhan produksi dalam negeri dan menciptakan saluran pemasaran yang efisien, khususnya bagi usaha kecil dan menengah (UKM) yang seringkali kesulitan bersaing. Melihat lambatnya respons dari pemerintah pusat, Pemprov DKI Jakarta mengambil langkah proaktif dengan membentuk panitia persiapan Kadin Jaya pada tahun 1967.

Kadin Jaya kemudian diberi mandat untuk menyelenggarakan PRJ pertama kali pada tahun 1968 di kawasan Monumen Nasional (Monas). Area yang semula berupa padang rumput disulap menjadi pusat keramaian yang memamerkan produk-produk unggulan Indonesia. Penyelenggaraan PRJ juga menjadi bagian dari perayaan ulang tahun Jakarta, sebagai wujud apresiasi dan hiburan yang terjangkau bagi seluruh warga. Lebih dari 160 peserta ambil bagian dalam penyelenggaraan perdana PRJ, termasuk pelaku usaha nasional, instansi pemerintah, dan perwakilan dari negara-negara sahabat.

Antusiasme masyarakat yang tinggi mendorong perluasan area PRJ setiap tahunnya. Pada tahun 1969, luas area mencapai 18 hektar, dan pada tahun 1970 meningkat menjadi 21 hektar. Guna memperkuat landasan hukum dan keberlanjutan acara, Pemprov DKI Jakarta membentuk Yayasan Penyelenggaraan Pekan Raya Jakarta pada akhir tahun 1968.

Seiring berjalannya waktu, PRJ tidak hanya menjadi arena promosi dan rekreasi, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan daerah dan menciptakan lapangan kerja. Pada tanggal 25 Oktober 1974, PRJ secara resmi menjadi anggota Union des Foires Internationales (UFI) di Paris, sebuah organisasi yang menaungi pameran-pameran internasional terkemuka.

Pengakuan internasional ini semakin mengukuhkan posisi PRJ sebagai motor penggerak ekonomi dan sarana promosi efektif bagi kota Jakarta. Ali Sadikin juga memiliki visi jangka panjang untuk PRJ. Ia menetapkan lahan seluas 40 hektar di kawasan Ancol sebagai lokasi permanen PRJ, dengan rencana pemindahan setelah tahun 1983. Langkah ini bertujuan agar PRJ dapat berkembang menjadi pekan raya berkelas internasional dengan fasilitas yang lengkap dan modern.

Selain itu, Ali Sadikin juga menggagas Sales Emporium, sebuah pameran khusus untuk produk kerajinan lokal yang berhasil menembus pasar internasional. Keyakinannya adalah bahwa promosi yang gencar akan memperluas jangkauan pemasaran dan mendorong pertumbuhan ekonomi kota. Kini, menjelang perayaan ulang tahun Jakarta, PRJ tetap menjadi simbol semangat pembangunan yang inklusif dan visioner. Sebuah bukti nyata bahwa ide-ide brilian dari masa lalu tetap relevan dan terus hidup hingga saat ini.

Daftar Peserta Awal PRJ:

  • Pelaku Usaha Nasional
  • Instansi Pemerintah
  • Perwakilan Negara Sahabat