Inovasi Algoritma AI Pangkas Emisi Kapal Kargo Global Hingga 20 Persen
Algoritma Cerdas Ubah Arah Pelayaran, Reduksi Emisi Signifikan
Industri pelayaran global, yang menopang 90 persen perdagangan dunia, kini menghadapi tantangan besar: mengurangi jejak karbonnya. Lebih dari 50.000 kapal kargo hilir mudik setiap hari, menghasilkan 3 persen dari total emisi gas rumah kaca global. Jika digabungkan, emisi industri ini bahkan melampaui banyak negara. Menyadari urgensi ini, para ilmuwan dari University of New South Wales (UNSW) berupaya mencari solusi inovatif untuk memangkas emisi dari sektor maritim.
Associate Professor Shane Keating, pakar oseanografi dan matematika terapan dari UNSW Sydney, memimpin pengembangan algoritma berbasis kecerdasan buatan (AI) dan pemodelan laut. Algoritma ini dirancang untuk mengidentifikasi rute pelayaran yang lebih efisien dengan memanfaatkan arus laut alami, khususnya pusaran air laut atau eddies.
"Algoritma ini berfungsi layaknya Google Maps untuk lautan," jelas Keating. "Ia memberikan rute paling efisien secara real-time, berdasarkan pada perilaku pusaran air laut."
Eddies, fenomena umum di seluruh cekungan samudra, menyumbang 90 persen energi gerakan di lautan. Sayangnya, model prakiraan arus laut yang ada saat ini belum mampu memprediksi pergerakan eddies secara akurat. Dengan memprediksi pergerakan eddies dengan akurat, kapal dapat mengoptimalkan rute mereka, memanfaatkan arus sebagai "dorongan" alami, sehingga menghemat bahan bakar dan mengurangi emisi.
Keating menambahkan, kemajuan dalam teknologi satelit memungkinkan pemantauan pergerakan eddies secara lebih detail. Data satelit mengungkapkan bahwa lautan adalah sistem dinamis yang dipenuhi dengan pusaran air raksasa dengan berbagai ukuran dan kedalaman, mirip dengan badai di atmosfer.
Potensi Penghematan Bahan Bakar dan Pemangkasan Emisi
Organisasi Maritim Internasional (IMO), badan PBB yang mengatur industri pelayaran global, menargetkan nol emisi pada tahun 2050. Target ini mendorong penggunaan bahan bakar tanpa emisi seperti hidrogen hijau dan metanol hijau. Namun, transisi ke bahan bakar alternatif membutuhkan waktu dan investasi besar, mengingat harganya 6-10 kali lebih mahal daripada bahan bakar tradisional.
Teknologi yang dikembangkan oleh Keating menawarkan solusi yang lebih praktis dan ekonomis. Dengan menyesuaikan rute kapal untuk memanfaatkan arus alami, perusahaan pelayaran dapat memangkas biaya operasional dan mengurangi emisi secara signifikan.
Setelah pengujian pada lebih dari seratus kapal, teknologi ini menunjukkan penghematan bahan bakar yang konsisten hingga 20 persen. "Ini menguntungkan bagi perusahaan pelayaran karena dapat menghemat uang dan memenuhi target pengurangan emisi tanpa modifikasi pada kapal atau perubahan dalam waktu transit kapal," papar Keating.
Inovasi ini menawarkan harapan baru bagi industri pelayaran untuk mengurangi dampak lingkungannya dan berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan.