Daftar Fortune 500 Asia Tenggara edisi 2025 menyoroti kekuatan ekonomi Indonesia di kawasan ini. Sebanyak 109 perusahaan asal Indonesia berhasil masuk dalam daftar bergengsi ini, mengungguli negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Pengumuman ini memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pemain kunci dalam lanskap ekonomi Asia Tenggara yang dinamis.

Indonesia mendominasi daftar tersebut dengan 20 perusahaan teratas menyumbang pendapatan sebesar US$ 222,8 miliar, mencerminkan 69% dari total pendapatan seluruh perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Fortune 500 Asia Tenggara. PT Pertamina (Persero) menempati posisi ketiga secara keseluruhan di Asia Tenggara, menunjukkan kekuatan sektor energi Indonesia. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) juga masuk dalam 20 besar, masing-masing menempati posisi keenam dan keempat belas.

Berikut adalah daftar 20 perusahaan Indonesia yang berhasil masuk dalam daftar 500 perusahaan terbesar di Asia Tenggara versi Fortune 2025:

• Pertamina (Peringkat 3 Asia Tenggara)
• PLN (Peringkat 6 Asia Tenggara)
• BRI (Peringkat 14 Asia Tenggara)
• Bank Mandiri (Peringkat 23 Asia Tenggara)
• Telkom Indonesia (Peringkat 30 Asia Tenggara)
• BCA (Peringkat 36 Asia Tenggara)
• Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) (Peringkat 39 Asia Tenggara)
• Indofood Sukses Makmur (Peringkat 40 Asia Tenggara)
• Gudang Garam (Peringkat 51 Asia Tenggara)
• BNI (Peringkat 58 Asia Tenggara)
• Adaro Andalan Indonesia (Peringkat 66 Asia Tenggara)
• Pupuk Indonesia (Peringkat 69 Asia Tenggara)
• Aneka Tambang (Antam) (Peringkat 84 Asia Tenggara)
• Erajaya Swasembada (Peringkat 89 Asia Tenggara)
• Indosat (Peringkat 99 Asia Tenggara)
• Bayan Resources (Peringkat 101 Asia Tenggara)
• Garuda Indonesia (Peringkat 104 Asia Tenggara)
• Indah Kiat Pulp & Paper (Peringkat 112 Asia Tenggara)
• Dian Swastatika Sentosa (Peringkat 119 Asia Tenggara)
• Bukit Asam (Peringkat 130 Asia Tenggara)

Clay Chandler, Executive Editor Fortune Asia, menyoroti pentingnya Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan global, menjadi pusat manufaktur dan ekspor yang menarik investasi besar. Faktor-faktor seperti tarif era Trump juga telah memengaruhi dinamika perdagangan global, mendorong pergeseran ke Asia Tenggara.