Perjuangan Suharti: Mengais Rezeki dari Kerang di Tengah Kerasnya Ibu Kota

Di tengah hiruk pikuk Jakarta Utara, tepatnya di perkampungan rumah panggung Muara Angke, seorang wanita bernama Suharti (46) berjuang keras demi menyambung hidup. Setelah ditinggal sang suami, ia memilih menjadi buruh pengupas kerang sebagai mata pencaharian utama.

"Suami saya sudah meninggal, saya seorang janda. Saya memiliki dua anak dan tiga cucu," ungkap Suharti dengan nada getir saat ditemui di tempat kerjanya, baru-baru ini. Keputusan untuk terjun ke dunia pengupasan kerang merupakan satu-satunya jalan yang ia lihat untuk menghidupi diri sendiri tanpa bergantung pada kedua anaknya yang telah berkeluarga.

Setiap hari, mulai pukul 10 pagi hingga 5 sore, Suharti menekuni pekerjaannya. Pendapatan yang ia peroleh sangat bergantung pada hasil tangkapan kerang para nelayan. Jika hasil laut melimpah, ia bisa mengantongi Rp 80.000 setelah mengupas dua drum kerang penuh. Uang tersebut ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk membayar tagihan air dan listrik.

"Daripada tidak ada pekerjaan lain, lebih baik mengupas kerang. Setidaknya bisa mendapatkan uang untuk makan sehari-hari," tuturnya.

Namun, penghasilan sebagai pengupas kerang seringkali tidak mencukupi untuk menutupi semua kebutuhan hidup di Jakarta yang serba mahal. Suharti harus berhemat dan memutar otak agar bisa bertahan hidup. Selain itu, ia tidak bisa setiap hari mendapatkan upah Rp 80.000.

Kondisi Teluk Jakarta yang semakin tercemar limbah membuat para nelayan kesulitan mencari kerang hijau. Mereka harus melaut lebih jauh, dan tak jarang pulang dengan tangan kosong. Jika nelayan tidak mendapatkan kerang, Suharti pun tidak mendapatkan bayaran.

Meski demikian, Suharti tidak menyerah. Ia selalu berusaha mencari pekerjaan sampingan jika tangkapan kerang sedang sedikit. "Jika tangkapan nelayan sedikit, kami mencari solusi lain, mungkin membuang kepala ikan tembang," ujarnya.

Suharti mengaku rela bekerja keras karena tidak ingin menjadi beban bagi kedua anaknya. Ia ingin mandiri dan berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semangat pantang menyerah dan kegigihan Suharti menjadi inspirasi bagi banyak orang yang berjuang di kerasnya ibu kota.