Kalimantan Tengah Waspada Peningkatan Risiko Karhutla Akibat Pengaruh El Nino

Kalimantan Tengah (Kalteng) bersiap menghadapi potensi peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seiring dengan proyeksi puncak musim kemarau pada Juli hingga Agustus 2025. Fenomena El Nino, meskipun dalam kondisi netral, diperkirakan turut memengaruhi kondisi cuaca dan meningkatkan risiko kekeringan di wilayah tersebut.

Sejak akhir Juni, beberapa daerah di Kalteng telah merasakan dampak awal musim kemarau. Prakiraan dari Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut Palangka Raya menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar wilayah saat ini masih dalam kondisi aman dengan indikator tingkat kemudahan terbakar yang rendah, kewaspadaan tetap diperlukan.

Ika Priti, Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut Palangka Raya, menyatakan sebagian besar wilayah masih menunjukkan indikator warna biru, yang menandakan kalau tingkat kemudahan terbakar masih rendah, mengingat saat ini masih musim peralihan.

El Nino dalam kondisi netral, meskipun dampaknya tidak signifikan, tetap berpotensi mengurangi curah hujan dan memperpanjang periode kering. Kondisi ini dapat memicu serangkaian dampak negatif, termasuk peningkatan risiko karhutla, gangguan terhadap musim tanam, dan penurunan ketersediaan air bersih bagi masyarakat.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini terkait musim kemarau di Kalimantan Tengah. Puncak musim kemarau diperkirakan akan berlangsung mulai dari bagian selatan Kalteng dan meluas ke seluruh wilayah hingga 20 Oktober 2025.

Potensi Dampak El Nino:

  • Peningkatan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla)
  • Gangguan terhadap siklus musim tanam
  • Berkurangnya ketersediaan sumber air bersih
  • Ancaman terhadap kesehatan masyarakat akibat asap karhutla

Pemerintah daerah dan masyarakat Kalteng diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mengambil langkah-langkah pencegahan guna meminimalkan dampak negatif dari musim kemarau dan potensi karhutla. Koordinasi antar instansi terkait, sosialisasi kepada masyarakat, dan patroli rutin di wilayah rawan kebakaran menjadi kunci dalam upaya mitigasi bencana.