Menko PMK Soroti Durasi Penggunaan Gawai Masyarakat Indonesia yang Tinggi dan Dampaknya pada Pola Pikir
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, menyampaikan keprihatinannya terkait tingginya durasi penggunaan gawai atau screen time di kalangan masyarakat Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa rata-rata screen time masyarakat Indonesia mencapai 7,5 jam per hari, sebuah angka yang mengkhawatirkan karena berpotensi memicu pola pikir dangkal dan kurang kritis.
Dalam pernyataannya di Kantor Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Pratikno menyoroti bahwa paparan gawai yang berlebihan, termasuk pada anak-anak di bawah usia dua tahun, dapat membentuk kebiasaan berpikir cepat namun tidak mendalam. Kebiasaan scrolling yang menjadi ciri khas penggunaan gawai modern, menurutnya, dapat memutus proses berpikir yang lebih panjang dan analitis.
"Kita harus hati-hati scrolling. Ya, scrolling. Jadi sekarang ini gadget dengan cepat kita scrolling, dan scrolling itu membuat tradisi berpikir yang sangat pendek. Karena scrolling time biasanya memutus," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa kecenderungan untuk mengambil keputusan secara cepat dalam durasi kurang dari 20 detik akibat kebiasaan scrolling dapat menyebabkan mindless scrolling, di mana seseorang berpikir secara dangkal dan kurang mempertimbangkan informasi secara matang. Hal ini, menurutnya, sangat berbahaya karena dapat menghambat kemampuan berpikir kritis yang esensial dalam kehidupan.
Menanggapi kondisi ini, Pratikno menekankan pentingnya mengembangkan pola pikir kritis melalui pembelajaran mendalam atau deep learning. Proses ini melibatkan kemampuan untuk menyerap informasi secara bijak, menyaringnya, memverifikasi kebenarannya, dan memprosesnya secara komprehensif sebelum mengambil kesimpulan. Ia juga menambahkan bahwa perubahan kebiasaan screen time berlebihan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab orang tua dan seluruh elemen masyarakat.
Pemerintah, kata Pratikno, akan berupaya melakukan regulasi untuk mengontrol platform digital demi melindungi anak-anak dan keluarga. Namun, peran keluarga dan sekolah juga sangat penting dalam memberikan edukasi agar generasi muda dapat menggunakan teknologi secara bijak dan cerdas. Dengan demikian, diharapkan masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan teknologi secara positif tanpa mengorbankan kemampuan berpikir kritis dan mendalam.
Untuk mengimbangi dampak negatif dari screen time yang berlebihan, Pratikno menekankan pentingnya:
- Deep Thinking dan Deep Learning: Mendorong proses berpikir mendalam melalui penyerapan informasi yang komprehensif, verifikasi, dan analisis.
- Peran Keluarga dan Sekolah: Meningkatkan edukasi mengenai penggunaan teknologi yang bijak dan cerdas.
- Regulasi Pemerintah: Mengontrol platform digital untuk melindungi anak-anak dan keluarga dari konten negatif.
Dengan upaya bersama dari pemerintah, keluarga, sekolah, dan seluruh elemen masyarakat, diharapkan masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan teknologi secara optimal tanpa mengorbankan kualitas berpikir dan kemampuan analitis yang esensial untuk kemajuan bangsa.