Ketegangan Iran-Israel Pengaruhi Pasar Modal Indonesia, BEI Tingkatkan Kewaspadaan
Perkembangan konflik antara Iran dan Israel turut memberikan imbas terhadap pergerakan pasar modal di Indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan telah meningkatkan kewaspadaan seiring dengan meningkatnya tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah tersebut.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI, Irvan Susandy, mengungkapkan bahwa eskalasi konflik Iran-Israel telah memicu volatilitas pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meskipun demikian, BEI meyakini bahwa dampak ini tidak akan berlangsung lama, berkaca pada pengalaman sebelumnya saat terjadi konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas.
"Berkaca pada pengalaman sebelumnya, volatilitas IHSG cenderung tinggi di awal-awal konflik. Namun, dalam kurun waktu dua bulan setelahnya, IHSG menunjukkan pemulihan dan bahkan mencatatkan kenaikan sekitar 4%," ujar Irvan.
Meski demikian, BEI akan terus memantau secara seksama perkembangan konflik geopolitik ini dan dampaknya terhadap perekonomian global dan domestik. Pihaknya berharap agar konflik dapat segera mereda dan berakhir, sehingga tidak mengganggu stabilitas rantai pasok dan mendorong kenaikan harga komoditas yang dapat mempengaruhi perekonomian dunia.
Pada saat konflik Iran-Israel mencuat, IHSG sempat mengalami penurunan sebesar 0,53% ke level 7.166,06. Nilai transaksi pada saat itu tercatat sebesar Rp 15,21 triliun, dengan volume perdagangan mencapai 26,69 miliar saham dan frekuensi transaksi sebanyak 1.365.127 kali.
Secara keseluruhan, dalam periode 9-13 Juni 2025, IHSG mencatatkan penurunan sebesar 0,74% dari level 7.113,425 pada pekan sebelumnya. Namun, pada hari Jumat, tercatat aksi beli bersih (net foreign buy) oleh investor asing sebesar Rp 478,76 miliar.
"Kami terus memantau dinamika yang terjadi. Kami yakin investor di Indonesia semakin cerdas dan memiliki akses terhadap informasi yang memadai," pungkas Irvan.