Jetstar Asia Hentikan Operasional, Frekuensi Penerbangan Bali-Singapura Berkurang

Mulai 31 Juli 2025, lanskap penerbangan rute Bali-Singapura akan mengalami perubahan signifikan dengan penghentian operasional Jetstar Asia Airways. Keputusan penutupan maskapai berbiaya rendah yang berbasis di Singapura ini, diumumkan oleh induk perusahaannya, Qantas Airways, dan diperkirakan akan berdampak pada frekuensi penerbangan antara kedua destinasi populer tersebut.

Sebelum pengumuman ini, rute yang banyak diminati ini dilayani hingga 12 penerbangan setiap hari. Jetstar Asia menjadi salah satu pemain utama, dengan penerbangan reguler pulang pergi (PP) yang menghubungkan Singapura dan Bali. Namun, dengan berakhirnya operasional Jetstar Asia, jumlah penerbangan harian diperkirakan akan menyusut menjadi rata-rata 9 penerbangan.

Wahyudi, Pejabat Pengganti Sementara General Manager Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, mengkonfirmasi pengurangan frekuensi penerbangan ini. Ia menjelaskan bahwa meskipun ada pengurangan, operasional bandara secara keseluruhan tetap berjalan normal.

Alasan Penutupan Jetstar Asia

Qantas Airways menjelaskan bahwa keputusan untuk menutup Jetstar Asia didorong oleh kombinasi faktor, termasuk peningkatan biaya operasional dan persaingan yang semakin ketat di pasar penerbangan Asia. Maskapai yang telah beroperasi sejak 2004 ini melayani 16 rute intra-Asia dengan armada yang terdiri dari 13 pesawat Airbus A320.

Sayangnya, dalam 20 tahun beroperasi, Jetstar Asia hanya mencatatkan keuntungan dalam 6 tahun. Perusahaan memperkirakan kerugian sebelum bunga dan pajak hingga 35 juta dolar Australia atau sekitar Rp 369 miliar.

Dampak pada Penerbangan dan Penumpang

Bandara I Gusti Ngurah Rai saat ini melayani penerbangan Jetstar Asia (kode penerbangan 3K) untuk rute Singapura, serta Jetstar Airways (JQ) untuk rute dari Australia. Jetstar Asia sendiri mengoperasikan rute Singapura-Bali dengan frekuensi 4 kali sehari. Penghentian operasional 3K tentu akan mengurangi frekuensi penerbangan di rute tersebut.

Jetstar Asia telah menyatakan akan menghubungi para penumpang yang telah memesan tiket untuk penerbangan dari dan ke Bali. Penumpang akan diberikan pilihan antara pengembalian dana (refund) atau pengalihan penerbangan ke maskapai lain yang berada dalam grup Qantas.

Penutupan Jetstar Asia juga memberikan dampak finansial bagi Qantas Group. Induk perusahaan memperkirakan potensi kerugian sekitar 175 juta dolar Australia atau sekitar Rp 1,8 triliun. Dana yang sebelumnya dialokasikan untuk Jetstar Asia, sekitar 500 juta dolar Australia, akan dialihkan ke bisnis penerbangan Qantas di Australia dan Selandia Baru.