Doa Seorang Ibu di Tengah Gelombang Pencari Kerja di Job Fair Pakansari

markdown Di tengah riuhnya Job Fair Kabupaten Bogor yang dipadati ribuan pencari kerja di GOR Pakansari, Bogor, seorang ibu bernama Titi (50) memilih untuk menunggu dengan sabar di area parkir. Ia tidak ikut berdesakan, melainkan memberikan dukungan морально kepada putranya, Fikri (20), yang tengah berjuang di dalam. Titi yang mengenakan kerudung abu-abu dan blus bermotif bunga, duduk di samping suaminya, memperhatikan dari kejauhan.

Titi sengaja datang untuk memberikan semangat kepada Fikri. Ia merasa kehadiran fisiknya secara langsung, meskipun tanpa interaksi, dapat memberikan kekuatan bagi putranya. Fikri, yang telah lulus dua tahun lalu, terus berjuang mencari pekerjaan. Titi menyaksikan bagaimana anaknya berulang kali mengirimkan lamaran, baik secara daring maupun langsung, namun belum juga membuahkan hasil. Kegagalan demi kegagalan yang dialami Fikri turut dirasakan oleh Titi sebagai seorang ibu.

Menyadari ketatnya persaingan di dunia kerja, Titi tidak hanya memberikan dukungan secara emosional, tetapi juga berinisiatif membekali Fikri dengan keterampilan tambahan. Ia mendaftarkan anaknya ke kursus komputer, dengan harapan kemampuan mengoperasikan program seperti Excel dan Microsoft Office dapat meningkatkan daya saing Fikri di mata работодателей.

"Saya kursusin dia komputer. Kayak Excel, Microsoft Office buat menambah skill, sekarang perusahaan kan banyak yang minta bisa komputer, jadi saya pikir ya itu aja dulu," ujarnya.

Titi juga menyadari bahwa Fikri memiliki karakter yang cenderung pendiam, yang mungkin menjadi kendala dalam proses mencari kerja. Oleh karena itu, ia terus mendorong anaknya untuk lebih aktif bersosialisasi dan membangun jaringan. Ia menyarankan Fikri untuk bertemu dengan teman-teman sekolahnya, bertukar informasi lowongan kerja, dan tidak hanya berdiam diri di rumah.

Di bawah terik matahari, Titi sesekali melirik ponselnya, memastikan Fikri tidak kesulitan dalam antrean panjang. Ia juga mengamati kerumunan, berharap dapat melihat tanda-tanda keberhasilan putranya. Meskipun Fikri telah mengikuti berbagai job fair sebelumnya, hasilnya belum memuaskan. Namun, Titi tetap optimis dan berharap acara kali ini akan memberikan hasil yang berbeda.

Ia juga berharap agar program-program pelatihan kerja dapat diperluas hingga tingkat kecamatan atau kelurahan. Menurutnya, banyak pemuda di daerahnya yang putus asa karena kurangnya akses informasi dan pelatihan. Keberadaan Balai Latihan Kerja (BLK) di tingkat lokal akan sangat membantu para pemuda untuk mendapatkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri.

Titi membandingkan sulitnya mencari kerja di era digital ini dengan pengalaman suaminya di masa lalu. Meskipun teknologi semakin canggih, persaingan semakin ketat. Jumlah lulusan semakin banyak, sementara lapangan kerja yang tersedia terbatas. Ia menyadari bahwa tidak semua anak muda memiliki pengetahuan tentang cara membuat CV yang menarik, memahami sistem aplikasi daring, atau memiliki jaringan yang luas.

Sebagai seorang ibu, Titi ingin menjadi tempat berlindung bagi Fikri ketika ia merasa kecewa atau putus asa. Ia selalu berusaha memberikan semangat dan mengingatkan anaknya untuk tidak menyerah. Ia seringkali menceritakan kisah perjuangan suaminya yang pernah mengalami kegagalan sebelum akhirnya sukses dalam karirnya.

"Saya bilang, sabar, rezeki orang beda-beda. Jangan menyerah. Saya juga sering cerita dulu bapaknya juga begitu. Saya bilang, selama belum menyerah, berarti belum gagal," ungkapnya.

Hari itu, Titi tidak membawa CV atau mencari informasi tentang perusahaan yang membuka lowongan. Ia hanya ingin hadir, memberikan dukungan moral kepada anaknya, dan memanjatkan doa agar Fikri berhasil meraih impiannya. Kehadirannya adalah simbol harapan dan perjuangan seorang ibu yang tak pernah lelah memberikan yang terbaik untuk anaknya.