Industri Asuransi Jiwa Hadapi Tantangan Investasi, Alihkan Fokus ke Instrumen Utang

Industri Asuransi Jiwa Bergeser ke Aset Lebih Aman di Tengah Volatilitas Pasar

Industri asuransi jiwa Indonesia tengah menghadapi tantangan signifikan dalam kinerja investasi pada kuartal pertama tahun 2025. Data terbaru menunjukkan penurunan tajam dalam perolehan hasil investasi, mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengambil langkah konservatif dengan mengalihkan dana ke instrumen pendapatan tetap, terutama surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi.

Menurut data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), total hasil investasi industri asuransi jiwa hanya mencapai Rp 340 miliar pada kuartal I-2025. Angka ini mengalami penurunan drastis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai Rp 12,32 triliun. Penurunan ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk gejolak di pasar modal akibat ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter yang ketat dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve.

Ketua Bidang Keuangan, Permodalan, Investasi, dan Pajak AAJI, Simon Imanto, mengungkapkan bahwa koreksi di pasar saham menjadi penyebab utama penurunan kinerja investasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi sekitar 8 persen sejak awal tahun 2025. Ketidakpastian global, termasuk kebijakan The Fed yang mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari perkiraan, serta kebijakan proteksionis Amerika Serikat, telah memicu sentimen negatif di pasar.

Tekanan terhadap nilai tukar rupiah juga memperburuk keadaan, berdampak negatif pada portofolio investasi asuransi. Menanggapi situasi ini, perusahaan-perusahaan asuransi jiwa mengambil langkah strategis dengan mengurangi eksposur terhadap pasar saham dan mengalihkan investasi ke aset yang dianggap lebih aman, seperti surat utang.

Investasi pada Surat Berharga Negara (SBN) mengalami peningkatan sebesar 12,9 persen menjadi Rp 214,23 triliun, sementara penempatan dana pada obligasi korporasi juga meningkat sebesar 12,3 persen menjadi Rp 51,67 triliun. Dominasi SBN dalam portofolio investasi industri asuransi jiwa mencerminkan upaya untuk menghindari risiko jangka pendek dari pasar ekuitas yang fluktuatif.

Simon Imanto memperkirakan bahwa kinerja investasi industri asuransi jiwa akan menunjukkan perbaikan pada paruh kedua tahun 2025. Prospek penurunan suku bunga global diharapkan dapat memberikan dorongan positif bagi pasar saham dan obligasi.

Perusahaan asuransi jiwa juga terus berupaya untuk meningkatkan kinerja investasi melalui diversifikasi portofolio dan pemanfaatan teknologi, termasuk data analytics, untuk pengambilan keputusan yang lebih akurat dan efisien.

PT Asuransi Jiwa Ciputra Indonesia (Ciputra Life) juga menerapkan strategi serupa. Direktur Utama Ciputra Life, Hengky Djojosantoso, menjelaskan bahwa sekitar 80 persen portofolio investasi perusahaan ditempatkan pada obligasi pemerintah dan korporasi. Strategi ini dianggap sesuai dengan profil risiko perusahaan dan memberikan stabilitas imbal hasil jangka panjang. Hengky juga menambahkan bahwa potensi penurunan suku bunga dapat memberikan capital gain pada obligasi yang ada dalam portofolio, sehingga memberikan dorongan positif bagi kinerja investasi.

Dengan langkah-langkah konservatif dan adaptif ini, industri asuransi jiwa berupaya untuk menjaga stabilitas keuangan dan memberikan imbal hasil yang optimal bagi para pemegang polis di tengah kondisi pasar yang penuh tantangan.