Gelombang Protes Anti-Turis Melanda Barcelona: Warga Lokal Merasa Terpinggirkan
markdown Di tengah hiruk pikuk Kota Barcelona yang terkenal dengan keindahan arsitektur dan daya tarik wisatanya, muncul gelombang protes dari warga lokal yang merasa terpinggirkan oleh masifnya kedatangan turis. Aksi demonstrasi yang diwarnai dengan penyemprotan air terhadap turis dan penempelan stiker bernada penolakan di toko-toko, menjadi simbol kekecewaan warga atas dampak overtourism yang semakin terasa.
Pariwisata memang menjadi tulang punggung ekonomi Spanyol, dan Barcelona adalah salah satu destinasi wisata paling populer di dunia. Akan tetapi, pertumbuhan jumlah wisatawan yang eksponensial telah menimbulkan berbagai masalah bagi warga lokal. Kenaikan harga sewa properti, hilangnya ruang publik, dan perubahan karakter lingkungan menjadi keluhan utama yang disuarakan dalam aksi protes tersebut.
Salah seorang pengunjuk rasa, Marina, membawa spanduk bertuliskan 'Airbnb-mu dulu rumahku', mencerminkan kekecewaan mendalam atas alih fungsi properti menjadi akomodasi sewa jangka pendek yang mendorong harga sewa melambung tinggi. Banyak warga, termasuk mereka yang telah lama tinggal di Barcelona, terpaksa meninggalkan rumah mereka karena tidak mampu lagi membayar sewa.
Tidak hanya generasi muda yang terkena dampak overtourism. Pepi Viu, seorang wanita berusia 80 tahun, baru-baru ini terusir dari rumahnya setelah hampir satu dekade tinggal di sana. Pemilik rumah diduga ingin menyewakan properti tersebut kepada penyewa yang bersedia membayar lebih tinggi, memanfaatkan tingginya permintaan dari turis dan ekspatriat. Kini, Pepi harus tinggal di hostel sambil mencari tempat tinggal yang layak, namun harga sewa telah meningkat drastis sejak terakhir kali ia menyewa.
Joan Alvarez, seorang warga yang tinggal di kawasan Gotik yang merupakan jantung pariwisata Barcelona, juga menghadapi ancaman penggusuran. Meskipun kontrak sewanya telah diputus, Joan menolak untuk pergi dan bertekad mempertahankan rumah yang telah menjadi tempat tinggal keluarganya selama 25 tahun. Ia merasa bahwa keberadaan warga lokal semakin terancam punah di pusat kota yang semakin didominasi oleh kepentingan pariwisata.
Di sisi lain, Jesus Pereda, seorang pemilik apartemen sewa wisata, merasa disudutkan oleh kebijakan pemerintah kota yang berencana melarang total sewa jangka pendek mulai tahun 2028. Ia menyewakan propertinya kepada turis dan menggantungkan hidupnya pada pendapatan tersebut. Menurutnya, penyebab utama kenaikan harga sewa bukan hanya turis biasa, tetapi juga para digital nomad dari Eropa yang mampu membayar lebih mahal.
Pemerintah kota Barcelona berencana melarang total sewa jangka pendek mulai tahun 2028, yang akan mencabut izin lebih dari 10.000 pemilik. Jesus berencana menjual propertinya jika larangan tersebut diberlakukan, karena sewa jangka panjang dianggap tidak menguntungkan akibat adanya batasan harga.
Meski overtourism membebani kota, sektor pariwisata tetap menjadi sumber penting lapangan kerja dan pendapatan bagi Barcelona. Pada tahun 2024, Barcelona menerima 15,5 juta wisatawan yang menginap. Selain itu, terdapat 1,6 juta penumpang kapal pesiar yang mengunjungi kota tersebut dalam perjalanan singkat mereka.
Fenomena overtourism di Barcelona bukan hanya sekadar masalah ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan budaya yang mengancam keberlangsungan hidup komunitas lokal. Warga menuntut adanya batasan yang wajar terhadap jumlah wisatawan dan kebijakan yang lebih berpihak pada kepentingan warga lokal, bukan hanya kepentingan industri pariwisata.
Beberapa poin yang menjadi tuntutan warga dalam aksi protes ini meliputi:
- Pembatasan jumlah wisatawan yang masuk ke kota.
- Pengaturan yang lebih ketat terhadap sewa jangka pendek.
- Peningkatan investasi pada perumahan sosial untuk warga lokal.
- Larangan kapal pesiar raksasa yang dianggap merusak lingkungan.
- Pengembangan pariwisata yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Dengan perpaduan arsitektur menakjubkan, laut, dan sinar matahari, Barcelona menarik lebih dari 15 juta pengunjung tahun lalu - hampir 10 kali lipat dari jumlah penduduknya. Pada tahun 2004, Barcelona, kota berpenduduk 1,5 juta jiwa, menerima 4,5 juta wisatawan yang menginap, penambahan wisatawan membuat pemerintah menambah kapasitas bandara dengan menambahkan landasan pacu ketiga dan terminal baru. Ryanair mulai menyediakan penerbangan murah di sana pada tahun 2010. Lebih banyak terminal kapal pesiar dibangun, dan pada tahun 2019, tepat sebelum pandemi Covid, terdapat 16,1 juta wisatawan yang menginap, menurut data resmi.
Kondisi ini menuntut adanya solusi komprehensif yang melibatkan pemerintah, pelaku industri pariwisata, dan masyarakat sipil, untuk menciptakan pariwisata yang berkelanjutan dan memberikan manfaat yang adil bagi semua pihak.