Simpang Siur Kematian Abral Wandikbo di Nduga: TNI Klaim Anggota OPM, Sipil Sebut Korban Dibunuh Setelah Disiksa
Polemik Kematian Warga Nduga: Tuduhan Mutilasi dan Kontra Narasi
Kematian Abral Wandikbo, seorang warga sipil dari Kampung Yuguru, Distrik Meborok, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, memicu kontroversi dan saling tuding antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan koalisi masyarakat sipil. Abral ditemukan tewas dengan luka-luka mengerikan, memicu pertanyaan tentang penyebab pasti kematiannya. Narasi yang berbeda muncul dari kedua belah pihak, menciptakan kebingungan dan kecurigaan.
TNI melalui Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mayjen Kristomei Sianturi, membantah tuduhan mutilasi dan keterlibatan anggotanya dalam kematian Abral. Pihaknya mengklaim bahwa Abral adalah anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang ditangkap karena diduga menyembunyikan senjata. Menurut keterangan TNI, Abral kemudian melarikan diri saat dibawa untuk menunjukkan lokasi persembunyian senjata dan jatuh ke jurang. TNI menepis tuduhan melakukan kebiadaban dan balik menuding OPM sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kekerasan di wilayah tersebut. Bahkan pihak TNI menduga bahwa Abral dibunuh oleh kelompoknya sendiri karena membocorkan lokasi persembunyian senjata.
Namun, Koalisi Masyarakat Sipil untuk Kasus HAM menolak mentah-mentah klaim TNI. Mereka menegaskan bahwa Abral adalah warga sipil biasa yang justru aktif membantu aparat dalam pembangunan, termasuk pembangunan lapangan terbang Yuguru. Koalisi menduga kuat bahwa Abral ditangkap secara tidak sah, disiksa, dan kemudian dibunuh. Mereka menyoroti adanya kejanggalan dalam narasi TNI, terutama terkait perubahan pernyataan mengenai kondisi Abral sebelum kematiannya. Koalisi juga melaporkan kasus ini ke Komnas HAM, mendesak penyelidikan yang transparan dan akuntabel.
Berikut poin-poin perbedaan klaim:
- TNI: Abral adalah anggota OPM yang melarikan diri dan tewas karena jatuh ke jurang.
- Koalisi Sipil: Abral adalah warga sipil yang membantu aparat dan menjadi korban penyiksaan hingga tewas.
Koalisi Masyarakat Sipil dan Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) telah melakukan audiensi dengan Komnas HAM untuk melaporkan kasus ini. Mereka mendesak agar kematian Abral diusut tuntas dan para pelaku bertanggung jawab. Kasus ini menyoroti pentingnya penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia di Papua, serta perlunya dialog yang jujur dan terbuka untuk menyelesaikan konflik yang berkepanjangan.
Kasus kematian Abral Wandikbo masih menjadi misteri. Penyelidikan independen dan transparan menjadi kunci untuk mengungkap kebenaran dan memberikan keadilan bagi korban serta keluarganya. Publik menanti hasil investigasi yang kredibel agar dapat memberikan titik terang dalam kasus yang penuh dengan kontradiksi ini.