Perjalanan Aktivis Kemanusiaan Zaskia Adya Mecca di Kairo: Antara Pengawasan Ketat dan Harapan untuk Gaza

Perjuangan tim aktivis kemanusiaan yang dipimpin Zaskia Adya Mecca dalam misi Global March to Gaza ternyata tidak semulus yang dibayangkan. Sesampainya di Kairo, Mesir, mereka langsung merasakan atmosfer pengawasan yang ketat dari pihak berwenang.

Selebriti sekaligus aktivis kemanusiaan, Zaskia Adya Mecca, bersama rombongannya yang terdiri dari Indadari, Wanda Hamidah, Ratna Galih, dan enam warga negara Indonesia (WNI) lainnya, menghadapi tantangan serius dalam upaya mereka untuk bergabung dengan Global March to Gaza. Gerakan ini merupakan aksi solidaritas global yang bertujuan untuk membuka akses bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza yang terkepung.

Sejak tiba di Kairo, Zaskia Adya Mecca dan timnya telah merasakan intensitas pengawasan yang luar biasa. Bus yang mereka tumpangi dan hotel tempat mereka menginap tak luput dari pemeriksaan oleh aparat kepolisian dan intelijen. Bahkan, telepon seluler dan akun media sosial para wisatawan yang datang diperiksa secara seksama.

Sempat mencoba menginap di hotel bintang lima dengan harapan mendapatkan privasi yang lebih baik, Zaskia Adya Mecca dan timnya justru mendapati bahwa pengawasan terhadap mereka tetap berjalan terang-terangan. Hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan membatasi ruang gerak mereka.

Meski demikian, Zaskia Adya Mecca dan timnya tak kehilangan akal. Mereka mencoba bersikap layaknya turis pada umumnya, menikmati pemandangan Sungai Nil dengan menaiki perahu. Sembari menikmati perjalanan wisata dadakan itu, mereka tetap waspada dan memastikan bahwa aparat intelijen masih terus mengikuti mereka.

Momen menyusuri Sungai Nil ini menjadi refleksi bagi Zaskia Adya Mecca. Ia teringat akan kisah ibunda Nabi Musa yang dengan tawakal menghanyutkan bayinya di sungai tersebut. Di tengah arus yang deras, Zaskia Adya Mecca merasakan keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya yang berserah diri.

"Dari pagi kami mengalami tekanan seperti ini saja rasanya lelah luar biasa, entah kekuatan sebesar apa yang dimiliki saudara-saudara kita di Palestina," ungkap Zaskia Adya Mecca dalam unggahan di akun Instagram pribadinya.

Global March to Gaza sendiri merupakan aksi jalan kaki sejauh kurang lebih 50 kilometer dari Kairo menuju Gerbang Rafah. Aksi ini melibatkan ribuan peserta dari lebih dari 50 negara. Puncak aksi dijadwalkan pada 15 Juni 2025, ketika seluruh peserta diharapkan tiba di Gerbang Rafah untuk menyerukan pembukaan akses misi kemanusiaan ke Gaza.

Zaskia Adya Mecca mengabarkan bahwa timnya mengalami kesulitan untuk bepergian keluar karena pengawasan yang ketat. Setiap pergerakan mereka dipantau untuk memastikan mereka tidak pergi ke tempat-tempat yang dianggap terlarang. Situasi ini dialami oleh banyak peserta aksi lainnya.

Menurut Zaskia, setiap rombongan turis yang berjumlah lebih dari lima orang akan mendapatkan pengawasan selama satu minggu, di mana pun dan kapan pun mereka berada.

"Intinya mereka menahan semua pergerakan dari Kairo menuju Ismailia, yang terjadi pada kami, banyak dialami oleh peserta lain juga," tulis Zaskia.

Meski merasa sedih dan kecewa dengan situasi yang ada, Zaskia Adya Mecca dan timnya tidak patah semangat. Mereka meyakini bahwa perjuangan mereka baru saja dimulai dan berharap dapat mewujudkan tujuan mulia mereka untuk membantu rakyat Palestina.