Polemik Atlet Disabilitas Bekasi: Honor Tertunda, Dugaan Intimidasi Mencuat

Keterlambatan pembayaran honor dan tuduhan intimidasi mewarnai sorotan terhadap National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Kabupaten Bekasi. Indah Permatasari, seorang atlet disabilitas berusia 25 tahun, mengungkapkan kekecewaannya setelah namanya tidak lagi tercantum dalam daftar atlet binaan untuk tahun 2025.

Indah mengaku belum menerima honorarium selama satu bulan. Menurut pengakuannya, masalah ini telah diangkat dalam audiensi dengan pengurus NPCI. Namun, dia merasa kurang puas dengan hasil audiensi tersebut karena honor yang dijanjikan tak kunjung cair sepenuhnya.

"Dua bulan belum dibayarkan. Tapi kami hanya diberi satu bulan, tanpa penjelasan," tutur Indah.

Selain masalah honor, Indah juga menyampaikan adanya dugaan ancaman dari pihak pengurus. Dia mengklaim bahwa dirinya dan rekan-rekannya diminta untuk tidak mengkritik keputusan pengurus jika tidak ingin dikeluarkan dari organisasi.

"Ada yang bilang, 'Kalau kamu berkoar-koar, ikut-ikutan protes, atau tidak suka dengan kepengurusan sekarang, silakan keluar dari NPCI'," ungkap Indah, menirukan ucapan seorang pengurus.

Akibat dugaan ancaman tersebut, Indah menyebutkan bahwa banyak atlet merasa takut untuk menyuarakan keluh kesah mereka karena khawatir akan kehilangan sumber pendapatan.

Menanggapi hal ini, Humas NPCI Kabupaten Bekasi, Abdul Rouf, memberikan klarifikasi. Ia menjelaskan bahwa keterlambatan pembayaran honor disebabkan oleh mekanisme internal organisasi yang mengharuskan pembayaran dilakukan pada bulan berikutnya.

"Untuk gaji itu, biasanya kami bayarkan setelah akhir bulan. Untuk bulan Mei, dibayarkan pada bulan Juni. Bulan Juni dibayarkan pada bulan Juli," jelas Rouf.

Rouf juga membantah tuduhan adanya intimidasi terhadap atlet. Ia menantang para atlet untuk memberikan bukti konkret jika memang ada ancaman yang dilontarkan oleh pengurus. Rouf juga membantah telah mengusir para atlet dari mes. Menurutnya, para atlet meninggalkan mes atas kemauan sendiri setelah mengetahui bahwa mereka tidak lagi masuk dalam daftar atlet binaan.

Sebelumnya, sebuah video yang memperlihatkan empat atlet disabilitas membawa barang-barang mereka keluar dari mes atlet di Villa Putra Cakung, Desa Sukaasih, Kecamatan Sukatani, viral di media sosial. Indah Permatasari adalah salah satu dari atlet tersebut. Dalam video tersebut, Indah mengatakan bahwa mereka diusir dari mes karena tidak lagi dipanggil oleh pengurus.

Kasus ini menyoroti permasalahan yang dihadapi oleh atlet disabilitas, mulai dari masalah finansial hingga dugaan intimidasi. Diperlukan transparansi dan komunikasi yang baik antara pengurus dan atlet untuk menghindari kesalahpahaman dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan potensi atlet disabilitas.