Eskalasi Konflik Timur Tengah Picu Lonjakan Harga Emas ke Rekor Tertinggi
Perang Israel-Iran Dorong Harga Emas Meroket: Analisis dan Dampaknya
Ketegangan geopolitik yang meningkat antara Israel dan Iran telah memicu gejolak di pasar keuangan global. Harga emas, sebagai aset safe haven, mengalami lonjakan signifikan setelah serangan Israel ke Iran pada Jumat, 13 Juni 2025. Kenaikan ini terjadi di tengah jatuhnya pasar saham, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap stabilitas ekonomi global.
Menurut laporan Reuters, harga emas spot melonjak 1,3% menjadi USD 3.428,10 per ons pada hari terjadinya serangan, mendekati rekor tertinggi sebelumnya di bulan April sebesar USD 3.500,05. Kenaikan ini menandai peningkatan sekitar 4% selama seminggu terakhir. Meskipun sempat mengalami penurunan pada Senin, 16 Juni 2025, menjadi USD 3.414,32 per ons akibat aksi profit taking oleh investor, harga emas tetap menunjukkan tren kenaikan yang kuat.
Mengapa Emas Jadi Pilihan Utama Saat Konflik?
Peran Emas Sebagai Aset Safe Haven
Emas telah lama dianggap sebagai aset safe haven, terutama pada saat ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Analis pasar dari Oanda, Kelvin Wong, menjelaskan bahwa selama masa perang, emas dipandang sebagai tempat yang aman untuk menyimpan nilai. Konsep safe haven merujuk pada investasi yang memberikan perlindungan bagi investor selama krisis keuangan atau depresi pasar.
Karakteristik Aset Safe Haven:
- Likuiditas Tinggi: Mudah ditukar dengan uang tunai kapan saja.
- Tidak Mudah Usang: Nilainya cenderung stabil dan tidak terpengaruh oleh perubahan teknologi atau tren pasar.
- Pasokan Terbatas: Peningkatan pasokan tidak boleh melebihi permintaan, menjaga nilai aset tetap tinggi.
- Manfaat Jangka Panjang: Memiliki kegunaan yang terus-menerus sehingga permintaan tetap stabil.
Selain emas, aset safe haven lainnya termasuk perak, platinum, properti, dan mata uang utama seperti dolar AS, yen Jepang, dan franc Swiss.
Kenaikan Permintaan Akibat Risiko Politik
Ketika ketidakpastian meningkat akibat konflik seperti antara Israel dan Iran, investor cenderung mencari aset yang lebih aman. Peningkatan permintaan terhadap emas, sementara pasokannya tetap terbatas, mendorong harga emas untuk naik.
Kelvin Wong dari Reuters menyatakan bahwa peningkatan premi risiko politik akibat konflik Iran-Israel mendorong permintaan emas sebagai aset safe haven.
Prediksi Harga Emas di Tengah Konflik
Wong memprediksi bahwa konflik Israel-Iran dapat mendorong harga emas melampaui USD 3.500 per ons. Setelah berhasil melewati titik resistensi USD 3.400, tren kenaikan harga emas diprediksi akan berlanjut.
Namun, ia juga memperingatkan bahwa harga emas mungkin menghadapi resistensi yang kuat di level USD 3.500, karena banyak investor mungkin akan mengambil keuntungan pada tingkat harga tersebut. Meskipun demikian, kemungkinan harga emas menembus di atas USD 3.500 tetap ada, terutama jika ketegangan geopolitik meningkat atau permintaan tetap tinggi.
"Saat ini, kita melihat harga emas sudah menembus jelas di atas USD 3.400 dan tren naik jangka pendek masih bertahan. Kami melihat level resistensi di USD 3.500, dengan kemungkinan harga akan menembus ke level tertinggi baru di atas USD 3.500," terangnya.
Saat ini harga emas Antam mencapai Rp 1.990.000 per 1 gram emas logam mulia (LM). Sementara itu, harga jualnya Rp 1.780.000.