Perjuangan Nakes Antar Ibu Hamil dari Pulau Terpencil Sulawesi Selatan ke Lombok Demi Selamatkan Nyawa
Dedikasi Tanpa Batas: Nakes Tempuh Pelayaran 24 Jam Demi Ibu Hamil
Kisah heroik dua tenaga kesehatan (nakes) viral di media sosial, menggambarkan dedikasi mereka dalam menyelamatkan nyawa seorang ibu hamil. Eri Ermawati dan Vina Sugiarti, dua nakes yang bertugas di Puskesmas Liukang Tangaya, sebuah puskesmas yang terletak di kepulauan terpencil di Kabupaten Pangkajene, Sulawesi Selatan, rela menempuh pelayaran selama 24 jam untuk mengantarkan pasien mereka ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soedjono Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Perjalanan panjang dan melelahkan ini ditempuh karena kondisi janin pasien yang memburuk. Keterbatasan fasilitas dan tenaga medis di Puskesmas Liukang Tangaya, yang tidak memiliki dokter spesialis kandungan maupun dokter umum, memaksa mereka untuk merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih lengkap.
Eri mengungkapkan bahwa keputusan untuk merujuk pasien ke Lombok Timur diambil karena beberapa pertimbangan. Selain kondisi janin yang melemah, jarak ke Lombok Timur dinilai lebih dekat dibandingkan dengan merujuk pasien ke Makassar. Selain itu, pada hari keberangkatan, hanya ada satu kapal yang berlayar menuju Lombok, sehingga menjadi pilihan yang paling memungkinkan.
"Kondisi janin dalam kandungan sudah melemah, jadinya kami memutuskan untuk merujuk pasien ke Lombok. Kebetulan kapal satu-satunya yang menyandar pada hari itu akan menuju Lombok," ujar Eri.
Tantangan Rujukan dari Pulau Terpencil
Eri juga menjelaskan bahwa proses rujukan pasien dari Puskesmas Liukang Tangaya seringkali terkendala oleh jadwal kapal dan kondisi cuaca. Jika tidak ada kapal yang tersedia, mereka terpaksa menggunakan perahu nelayan untuk mengevakuasi pasien. Kondisi ini tentu sangat berisiko, terutama saat cuaca buruk.
"Kalau dirujuk ke Makassar, membutuhkan waktu 26 jam jika cuaca normal. Itu pun belum tentu ada kapal yang akan menuju ke sana, semuanya tergantung jadwal kapal," tutur Eri.
Dedikasi Eri dan Vina tidak hanya terbatas pada mengantar pasien ke rumah sakit. Mereka juga bertanggung jawab melayani masyarakat di 15 pulau kecil lainnya yang berada di Kecamatan Liukang Tangaya. Eri bahkan pernah membawa pasien dari Sapuka ke Makassar pada tengah malam, menembus hujan dan badai.
"Saya juga pernah membawa pasien dari Sapuka ke Makassar jam 12 malam, diterjang hujan angin. Tapi, demi pasien, rasa takut ketika diterjang ombak itu sudah tidak ada," cerita Eri.
Eri dan Vina memulai perjalanan mereka dari Pulau Sapuka pada pukul 09.00 WITA, Jumat (14/6), dan tiba di Pelabuhan Kayangan Lombok Timur pada pukul 10.00 WITA keesokan harinya. Setibanya di pelabuhan, mereka langsung dijemput oleh relawan ambulans dan dibawa ke RSUD Soedjono Selong.
Kisah Pasien dan Respon Rumah Sakit
Pasien yang dirujuk, Putri Patisia (22), mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Eri dan Vina atas bantuan mereka. Ia mengatakan bahwa kondisi janinnya melemah saat dirawat di Puskesmas Liukang Tangaya.
"Saya sangat berterima kasih kepada tenaga kesehatan yang sudah mendampingi sampai Lombok ini. Saya bersyukur mendapatkan pelayanan yang baik dari petugas kesehatan," kata Putri.
Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Soedjono Selong, Bardan Salim, menjelaskan bahwa rumah sakitnya telah menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah Pangkajene untuk memberikan pelayanan kepada pasien dari wilayah tersebut. Ia juga memastikan bahwa tim medis RSUD Soedjono Selong akan memberikan pelayanan yang sama kepada semua pasien.
"Sebenarnya ini bukan pasien yang pertama, sebelum-sebelumnya juga ada. Kami telah menjalin kerja sama dengan pemerintah setempat," ujar Bardan.
Berdasarkan pemeriksaan tim medis, kondisi janin Putri ternyata sudah meninggal dunia sejak dalam kandungan. Persalinan dilakukan secara normal dan bayi dilahirkan dalam kondisi meninggal. Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya akses layanan kesehatan yang memadai bagi masyarakat di wilayah terpencil, serta dedikasi para tenaga kesehatan yang tanpa lelah berjuang untuk menyelamatkan nyawa.