Indonesia Genjot Tata Kelola Perikanan Berkelanjutan Guna Optimalkan Potensi 12 Juta Ton
Indonesia terus berupaya memperkuat tata kelola perikanan yang berkelanjutan demi mengoptimalkan potensi lestari sumber daya ikan yang mencapai 12 juta ton per tahun. Upaya ini menjadi krusial untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut dan memastikan keberlanjutan sumber daya bagi generasi mendatang.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Lotharia Latif, menjelaskan bahwa strategi yang diterapkan meliputi penguatan perikanan skala kecil dengan melibatkan komunitas lokal, pemanfaatan kearifan tradisional, serta implementasi sistem kuota penangkapan yang terukur. Sistem kuota ini terbukti efektif mendorong peningkatan produksi perikanan tangkap nasional. Data menunjukkan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,94 persen per tahun, meningkat signifikan dari 4,51 juta ton pada 2016 menjadi 7,71 juta ton pada 2023.
Lotharia Latif menambahkan, dengan potensi yang dimiliki, Indonesia berpeluang menjadi salah satu produsen perikanan tangkap terbesar di dunia, bersaing dengan Tiongkok, namun tetap mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan. Prinsip ini diimplementasikan melalui kerjasama dengan berbagai pihak dan program.
Berikut adalah upaya-upaya yang ditempuh:
- Kemitraan Global: Indonesia aktif menjalin kerjasama dengan inisiatif global seperti CFI Indonesia untuk mendorong pengelolaan perikanan skala kecil berbasis masyarakat.
- Inisiatif Lokal: Contoh sukses adalah penerapan inisiatif Sasi Label di Kepulauan Maluku, yang mengadopsi tradisi larangan sementara penangkapan ikan (Sasi) untuk memberikan waktu pemulihan bagi sumber daya laut. Inisiatif ini terbukti efektif dalam melindungi ekosistem laut, memperkuat kelembagaan lokal, meningkatkan peran perempuan dalam pengelolaan sumber daya, memperluas akses pasar, dan meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Lotharia Latif juga menyoroti pentingnya menjaga ketahanan produksi dan meningkatkan nilai ekspor perikanan skala kecil. Tingkat pemanfaatan sumber daya ikan saat ini masih berada dalam batas aman secara biologi, yaitu di bawah 80 persen dari potensi lestari (MSY). Rata-rata produksi perikanan selama periode 2020-2024 tercatat sebesar 7,39 juta ton.
Nilai ekspor komoditas perikanan skala kecil juga menunjukkan tren positif, meningkat dari 3,31 miliar dolar AS pada 2020 menjadi 3,91 miliar dolar AS pada 2023. Peningkatan ini didorong oleh permintaan yang tinggi terhadap komoditas utama seperti tuna-cakalang, cumi-sotong-gurita, dan kepiting.
Melihat capaian ini, Lotharia menekankan perlunya tata kelola kelautan yang berkelanjutan. Hal ini untuk menjaga ekosistem laut dan memastikan sumber daya perikanan dapat dinikmati oleh generasi penerus. Kolaborasi global juga menjadi kunci dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 14 tentang ekosistem laut. Bentuk kolaborasi dapat berupa kemitraan, program kembaran (twinning program), serta partisipasi aktif dalam forum-forum internasional.
Indonesia mengundang seluruh mitra dan pemangku kepentingan untuk berpartisipasi aktif dalam Ocean Impact Summit Indonesia 2026. Acara ini akan menjadi platform untuk menunjukkan komitmen bersama dalam menjaga kesehatan dan keberlanjutan laut. Sebelumnya, dalam forum UNOC-3, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono juga telah menegaskan komitmen Indonesia terhadap perlindungan laut dan pembangunan ekonomi biru yang berkelanjutan.