Presiden Prabowo Akan Berbicara di Forum Ekonomi Internasional Rusia di Tengah Padatnya Agenda Global

Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan untuk menyampaikan pidato penting di St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025, yang akan berlangsung di St. Petersburg, Rusia, dari tanggal 18 hingga 21 Juni 2025. Konfirmasi kehadiran ini disampaikan oleh Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi, yang menjelaskan bahwa jadwal SPIEF beririsan dengan agenda penting lainnya, termasuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada pada 17 Juni 2025 dan Annual Leaders Retreat di Singapura pada 16 Juni 2025.

Prioritas diberikan kepada komitmen yang telah dibuat sebelumnya, sehingga Presiden Prabowo akan menghadiri forum di Singapura dan Rusia. Menurut Hasan, undangan untuk menghadiri SPIEF telah diterima beberapa bulan lalu, sekitar bulan Maret atau April, dan persiapan untuk kehadiran Presiden telah dilakukan sejak lama. Presiden Prabowo juga dijadwalkan untuk menyampaikan pidato pada forum tersebut. Hasan menjelaskan bahwa undangan dari pemerintah Kanada untuk menghadiri KTT G7 baru diterima pada awal Juni, yang berdekatan dengan jadwal Annual Leaders Retreat di Singapura, sebuah acara tahunan yang telah dijadwalkan.

Annual Leaders Retreat di Singapura akan membahas lebih dari sepuluh kerjasama strategis antara Indonesia dan Singapura. Mengingat komitmen yang telah dibuat sebelumnya, Presiden Prabowo tidak akan dapat menghadiri KTT G7. Setelah menghadiri Annual Leaders Retreat di Singapura, Presiden Prabowo akan melanjutkan perjalanan ke Rusia pada 18-20 Juni 2025 untuk menghadiri SPIEF dan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

SPIEF, yang telah diselenggarakan sejak tahun 1997 dan berada di bawah naungan Presiden Rusia sejak tahun 2006, merupakan platform yang mempertemukan komunitas bisnis global untuk membahas isu-isu ekonomi utama yang dihadapi dunia dan negara-negara berkembang. Forum ini menjadi ajang penting bagi para pemimpin bisnis dan pemerintah untuk bertukar pandangan dan menjalin kerjasama.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan untuk menyelesaikan poin-poin dalam perjanjian perdagangan bebas (FTA) antara Indonesia dan Eurasian Economic Union (EAEU) pada semester pertama tahun 2025. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan pada April 2025 bahwa pembahasan FTA EAEU telah memasuki putaran terakhir. Pemerintah memiliki tugas untuk menyelesaikan dokumen perjanjian (legal scrubbing) setelah poin-poin FTA dirampungkan.

Airlangga menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia dan Rusia menjadi strategis dalam situasi ketidakpastian global. Eurasia, yang mencakup lima negara bekas Uni Soviet, yaitu Rusia, Armenia, Belarus, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan, menjadi blok perdagangan yang strategis bagi Indonesia. Investasi Rusia di Indonesia mencakup sektor minyak dan gas bumi, keamanan siber, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata. Investasi Rusia di Indonesia berpotensi melibatkan Badan Pengelola Investasi Danantara untuk bidang yang strategis, terutama di bidang aluminium dan energi.

Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia, Alexey Gruzdev, menyampaikan ambisi kuat negaranya untuk segera merealisasikan perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia. Rusia berupaya menghilangkan berbagai hambatan perdagangan agar rencana tersebut segera terwujud. Perjanjian perdagangan yang dimaksud adalah antara Indonesia dengan EAEU yang mencakup lima negara bekas Uni Soviet.