Eskalasi Konflik Timur Tengah: Israel dan Iran Terlibat Saling Serang Mematikan
Memanasnya Timur Tengah: Israel dan Iran Terlibat Konfrontasi Langsung
Gelombang kekerasan baru mengguncang Timur Tengah ketika Israel dan Iran terlibat dalam serangkaian serangan militer yang saling berbalas. Eskalasi ini dimulai pada Jumat, 13 Juni 2026, ketika Israel melancarkan serangan udara mendadak terhadap wilayah Iran. Serangan tersebut, yang menurut klaim Israel sebagai tindakan pencegahan, telah menyebabkan jatuhnya ratusan korban jiwa.
Kementerian Kesehatan Iran melaporkan bahwa sedikitnya 224 orang tewas akibat serangan Israel, dengan mayoritas korban adalah warga sipil. Klaim Israel atas serangan tersebut didasarkan pada tuduhan bahwa Iran melanggar Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) dan sedang mengembangkan senjata nuklir secara diam-diam. Israel mengklaim tindakan itu adalah untuk mengamankan diri dari ancaman nuklir yang berkembang dari Teheran.
Namun, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) membantah klaim Israel, menyatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan Iran melanggar perjanjian nuklir. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang justifikasi Israel atas serangan tersebut dan memicu kecaman internasional. Serangan Israel terjadi di tengah meningkatnya tekanan global terhadap negara tersebut terkait konflik dengan Palestina.
Balasan Iran dan Eskalasi Berkelanjutan
Iran tidak tinggal diam atas serangan Israel. Sebagai tanggapan, Iran melancarkan serangan balasan dengan menggunakan drone dan rudal, menargetkan wilayah Israel pada Jumat malam dan Sabtu pagi. Saling serang terus berlanjut hingga Senin, memperburuk situasi dan meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.
Israel mengklaim telah menyerang lebih dari 200 target nuklir dan militer di Iran, termasuk lokasi pertahanan udara dan peluncur rudal. Tujuan dari serangan ini, menurut Israel, adalah untuk melumpuhkan kemampuan militer Iran dan mencegah negara tersebut mengembangkan senjata nuklir. Namun, tindakan ini telah memicu kemarahan Iran dan meningkatkan risiko eskalasi lebih lanjut.
Iran telah memberi tahu mediator Qatar dan Oman bahwa pihaknya tidak akan melakukan negosiasi gencatan senjata saat dalam kondisi diserang oleh Israel. Sikap keras ini menunjukkan bahwa Iran tidak bersedia mundur dan siap untuk mempertahankan diri terhadap agresi Israel.
Akar Konflik yang Mengakar Dalam
Konflik antara Israel dan Iran bukan merupakan fenomena baru. Ketegangan antara kedua negara telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan akar yang berasal dari Revolusi Islam Iran pada tahun 1979. Sejak saat itu, Iran telah menjadi kritikus vokal terhadap kebijakan Israel terhadap Palestina dan telah mendukung kelompok-kelompok militan yang menentang Israel.
Israel, pada gilirannya, telah lama melihat Iran sebagai ancaman keamanan utama, terutama karena program nuklirnya yang kontroversial. Israel telah melakukan serangkaian operasi rahasia untuk menghambat program nuklir Iran, termasuk pembunuhan ilmuwan nuklir dan serangan terhadap fasilitas nuklir.
Berikut adalah beberapa titik penting dalam sejarah konflik Iran-Israel:
- 1979: Revolusi Islam Iran dan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel.
- Awal 2000-an hingga 2020: Upaya Israel untuk merusak fasilitas nuklir Iran.
- November 2021: Pembunuhan ilmuwan nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh.
- Mei 2022: Pembunuhan komandan Garda Revolusi, Kol. Sayad Khodayee.
- Tahun 2023-2025: Saling serang yang terus berlanjut.
Konflik Israel-Iran adalah masalah kompleks dengan sejarah panjang dan konsekuensi yang luas. Eskalasi baru-baru ini telah meningkatkan risiko perang regional dan mengancam stabilitas Timur Tengah. Komunitas internasional harus bertindak cepat untuk meredakan ketegangan dan mencegah konflik yang lebih besar.