Pura Shanta Citta Bhuwana: Simbol Keberagaman dan Warisan Budaya Bali di Tanah Belanda

Setelah penantian panjang, komunitas Bali di Belanda akhirnya memiliki tempat suci untuk menjalankan ibadah Hindu. Pura Shanta Citta Bhuwana (PSCB), yang terletak di Taman Indonesia Kallenkote, Steenwijk, Overijssel, diresmikan dan menjadi pura pertama yang berdiri di Negeri Kincir Angin.

Pembangunan pura ini adalah wujud nyata dari semangat gotong royong, dedikasi, dan kerinduan akan tanah leluhur yang membara di hati warga Bali yang merantau. Lebih dari sekadar tempat persembahyangan, Pura Shanta Citta Bhuwana menjadi simbol persatuan, pelestarian budaya, dan identitas spiritual bagi komunitas Bali di perantauan. Ni Made Aniadi (65), Ketua Yayasan Bali Abdi Samasta (BAS) menuturkan bahwa sebelumnya warga Bali di Belanda harus menyewa tempat untuk beribadah. Hal inilah yang kemudian memicu ide untuk membangun sebuah pura. Saat ini, tercatat sekitar 350 warga Bali yang tinggal di Belanda, termasuk Aniadi yang sudah menetap selama 39 tahun. Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan memakan waktu yang tidak singkat, Aniadi dan rekan-rekannya tidak pernah menyerah. Dukungan dari berbagai pihak terus mengalir, memberikan semangat baru untuk mewujudkan impian memiliki pura sendiri.

Keyakinan yang kuat dan kerja keras warga Bali di Belanda mendapatkan apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Belanda, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Institut Seni Indonesia (ISI) Bali, dan Taman Mini Indonesia Kallenkote Belanda. ISI Bali menugaskan Dr. Anak Agung Gede Rai Remawa sebagai pendamping ahli dalam pembangunan pura, memastikan bahwa setiap detail bangunan sesuai dengan pedoman dalam lontar tentang pembangunan tempat suci.

Bagian penting dari pura ini, yaitu Pelinggih Padmasana dan Pengerurah, dikirim langsung dari Bali ke Belanda melalui jalur laut, dengan dukungan penuh dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Meskipun sederhana dengan hanya dua pelinggih utama, Padmasana dan Pengerurah, Pura Shanta Citta Bhuwana memiliki arti yang sangat besar bagi komunitas Hindu Bali di Belanda.

Pembangunan pura dilaksanakan secara bertahap, dimulai dari pematangan lahan hingga pemasangan fondasi. Semua pekerjaan dilakukan secara bergotong royong, termasuk pemasangan beton sebagai fondasi dasar yang dibantu oleh tenaga teknis dari Belanda. Pura Shanta Citta Bhuwana bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol keteguhan, kebersamaan, dan cinta terhadap budaya serta spiritualitas Bali. Diharapkan pura ini akan terus berkembang menjadi pusat harmoni, kedamaian, dan simbol peran perempuan serta masyarakat Bali dalam merawat warisan leluhur di manapun mereka berada. Pura ini diharapkan menjadi wadah untuk mempererat tali persaudaraan, melestarikan budaya Bali, dan menumbuhkan nilai-nilai spiritualitas di kalangan generasi muda Bali di Belanda.