Dedikasi Seorang Penyelam Belanda: Menjaga Keindahan Raja Ampat di Tengah Ancaman Industri Nikel

Polemik terkait pertambangan di Raja Ampat terus bergulir, meskipun beberapa Izin Usaha Pertambangan (IUP) telah dicabut oleh pemerintah. Kerusakan lingkungan yang terlanjur terjadi mengancam keanekaragaman hayati dan keberlangsungan hidup masyarakat setempat.

Di tengah pusaran isu ini, muncul nama Max Ammer, seorang dive master asal Belanda yang telah lama mengabdikan diri pada pelestarian alam Raja Ampat. Sosoknya dikenal luas di kalangan penyelam dan komunitas konservasi Indonesia sebagai pionir kegiatan menyelam di wilayah tersebut. Ammer tak segan menyuarakan keprihatinannya terhadap potensi kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan nikel di wilayah yang diusulkan menjadi geopark nasional.

"Saya tidak anti terhadap pertambangan secara keseluruhan, karena manusia membutuhkan sumber daya alam," ujarnya. "Namun, saya menentang praktik pertambangan yang tidak ramah lingkungan dan mengabaikan keberlanjutan hidup flora, fauna, dan ekosistem di sekitarnya."

Selama tiga dekade terakhir, Ammer telah berulang kali mengunjungi Raja Ampat. Ia memilih untuk menetap dan bekerja sama dengan masyarakat lokal, mendirikan sebuah resort selam yang menjadi tujuan populer bagi para penyelam dan wisatawan yang mengunjungi provinsi Papua Barat Daya.

Merujuk pada laporan Global Witness, Ammer menegaskan bahwa pertambangan di Raja Ampat bukanlah gagasan yang bijaksana. Pengalamannya selama bertahun-tahun tidak pernah menyaksikan praktik pertambangan nikel yang menerapkan prinsip keberlanjutan, terutama dalam proses ekstraksi dan penyimpanan material tambang serta mineral terkait.

"Pertambangan nikel membutuhkan area yang luas, ratusan meter bahkan kilometer, antara garis pantai dan lokasi pertambangan," jelas Ammer, yang sangat memahami kompleksitas isu nikel di Raja Ampat. Ruang penyangga ini krusial untuk meminimalkan dampak lingkungan yang merugikan akibat aktivitas pertambangan, dampak yang akan semakin parah jika pertambangan terus berlanjut.

Menurut Ammer, kekayaan nikel Raja Ampat bukanlah rahasia bagi masyarakat. Sebagai pilot berpengalaman, ia menyaksikan sendiri aktivitas pertambangan nikel di Pulau Manoram selama bertahun-tahun.

Ammer mengamati dampak negatif pertambangan nikel terhadap terumbu karang akibat sedimentasi. Terumbu karang, sebagai ekosistem laut yang kompleks dan beragam, memegang peranan vital sebagai sumber makanan, habitat, dan perlindungan bagi berbagai makhluk laut.

Kerusakan terumbu karang mengganggu keseimbangan ekosistem laut dan mengancam keanekaragaman hayati. Seiring waktu, area terumbu karang yang mati semakin meluas sejalan dengan ekspansi area pertambangan nikel di Raja Ampat. Selain pertambangan, terumbu karang juga rentan terhadap dampak perubahan iklim, penangkapan ikan berlebihan, dan praktik pariwisata yang tidak bertanggung jawab.

Upaya pelestarian lingkungan Raja Ampat membutuhkan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, perusahaan pertambangan, masyarakat lokal, dan wisatawan. Hanya dengan pendekatan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, keindahan dan keanekaragaman hayati Raja Ampat dapat dipertahankan untuk generasi mendatang.

Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan terumbu karang:

  • Pertambangan Nikel
  • Perubahan Iklim
  • Penangkapan Ikan Berlebihan
  • Pariwisata yang Tidak Bertanggung Jawab