DPR RI Agendakan Pemanggilan Menteri Dikti Terkait Kontroversi Perubahan Fateta IPB

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui Komisi X berencana memanggil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, guna mengklarifikasi polemik yang berkembang seputar perubahan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi Sekolah Teknik. Langkah ini diambil menyusul derasnya kritik yang dilayangkan oleh mahasiswa dan alumni Fateta IPB terhadap kebijakan dekanat terkait perubahan tersebut.

Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menyatakan bahwa pemanggilan akan dilakukan pada masa sidang berikutnya. Tujuan utama dari pemanggilan ini adalah untuk mendapatkan penjelasan komprehensif mengenai dasar pertimbangan serta implikasi dari perubahan Fateta menjadi Sekolah Teknik. Menurut Hetifah, masa Sidang IV DPR akan dimulai pada 23 Juni mendatang, dan Kemendiktisaintek sebagai mitra kerja Komisi X, akan diundang dalam rapat kerja (raker) atau rapat dengar pendapat umum (RDPU).

"Komisi X akan meminta penjelasan Kemendiktisaintek terkait polemik ini," tegas Hetifah, menekankan pentingnya prinsip tata kelola universitas yang baik atau good university governance dalam pengambilan keputusan strategis di lingkungan perguruan tinggi. Prinsip ini meliputi transparansi, partisipasi aktif dari berbagai pihak, dan dialog yang konstruktif. Lebih lanjut, Hetifah menekankan bahwa rencana perubahan kebijakan ini harus selaras dengan kerangka pembangunan nasional yang lebih luas, termasuk visi Asta Cita dalam memperkuat kedaulatan pangan dan membangun sektor pertanian modern berbasis riset dan teknologi.

Perubahan Fateta IPB University menjadi Sekolah Teknik (School of Engineering) secara resmi diberlakukan pada tahun 2025. Langkah ini diklaim sebagai upaya untuk memperkuat rekayasa proses dan teknologi di sektor pertanian. Namun, perubahan ini memicu perdebatan di kalangan mahasiswa, alumni, dan tokoh-tokoh penting IPB. Salah satu yang menyuarakan keprihatinannya adalah mantan Rektor IPB periode 1998-2002, Aman Wirakartakusumah.

Aman Wirakartakusumah mempertanyakan implikasi dari pembentukan Sekolah Teknik terhadap identitas dan fokus IPB sebagai perguruan tinggi yang unggul di bidang pertanian. Menurutnya, hilangnya Fateta dapat mengancam jati diri IPB sebagai institusi yang berorientasi pada pertanian dan pengembangan teknologinya.

"Persoalannya adalah ketidaksesuaian antara domain teknik dan teknologi dalam epistemologi dan implementasinya," ungkap Aman, menyoroti pentingnya Fateta dalam mencapai swasembada pangan dan hilirisasi industri pertanian di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa Fateta memiliki peran krusial dalam memajukan dunia pertanian melalui pengembangan teknologi yang komprehensif.

Aman menambahkan bahwa Fateta telah memberikan kontribusi signifikan selama lebih dari 60 tahun dalam menangani, mengawetkan, dan menjamin rantai pasok produk pertanian. Keilmuan yang diajarkan di Fateta mencakup berbagai aspek, mulai dari industri manufaktur, industri makanan, industri hasil perkebunan, industri perikanan, hingga teknologi pendukung pertanian.

"Meskipun memerlukan bantuan teknologi, Fateta tetap mengajarkan tentang teknologi yang dibutuhkan untuk menunjang pertanian hingga ke hilir," jelas Aman, mencontohkan teknologi pengeringan, pengemasan, transportasi, penyimpanan, dan kontrol atmosfer yang dikembangkan melalui keilmuan di Fateta.

Di sisi lain, Dekan Sekolah Teknik, Slamet Budijanto, menegaskan bahwa perubahan ini bukanlah pemisahan, melainkan bentuk pengembangan institusi untuk beradaptasi dengan tantangan zaman. Ia meyakinkan bahwa Fateta tetap berkinerja baik dan perubahan ini justru merupakan evolusi dari Fateta, bukan pemisahan.

Menurut Slamet, pembentukan School of Engineering didorong oleh kebutuhan efisiensi, sinergi, dan penguatan akademik, mengingat program studi di Fateta telah berbasis teknik. Ia optimis bahwa School of Engineering akan mempererat kolaborasi lintas bidang tanpa menghilangkan identitas pertanian IPB.

"Kita tetap fokus ke pertanian. Identitas itu tidak hilang, malah diperkuat lewat teknik," pungkas Slamet, menegaskan komitmen Sekolah Teknik terhadap pengembangan sektor pertanian.