Survei Ungkap Dominasi Karang Keras di Habitat Hiu Paus Botubarani: Tantangan Konservasi Meningkat

Perairan Botubarani, Gorontalo, yang terkenal sebagai habitat sementara bagi hiu paus, menyimpan kekayaan hayati laut yang kompleks. Hasil pemantauan terbaru mengungkap dominasi terumbu karang keras, terutama jenis Porites dan Acropora, serta keberadaan soft coral yang signifikan. Temuan ini memberikan gambaran detail mengenai kondisi ekosistem di kawasan yang masuk dalam wilayah konservasi Teluk Gorontalo.

Selain dominasi karang keras, tim monitoring juga mencatat keberadaan koloni foliose, sponge, dan anemone. Lebih lanjut, formasi karang besar dengan struktur pinnacle yang menjulang tinggi menambah keunikan lanskap bawah laut Botubarani. Penjelasan ini disampaikan oleh Kusbian Indradi, seorang penyelam dan fotografer bawah laut yang juga menjabat sebagai Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir (PELP) Ahli Muda di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Gorontalo.

Data ini diperoleh dari serangkaian penyelaman yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan monitoring biofisik di perairan Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango. Sebelumnya, tim juga melakukan pemantauan di perairan Biluhu Timur, Kabupaten Gorontalo, yang mengungkap kondisi substrat lumpur dan batang pohon. Diduga, material ini terbawa arus akibat banjir yang melanda wilayah tersebut beberapa waktu lalu.

Monitoring biofisik ini merupakan kolaborasi antara DKP Provinsi Gorontalo dan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar Wilayah Kerja Gorontalo. Metode penyelaman (diving underwater) digunakan untuk menjelajahi area dari Zona Interaksi Hiu Paus hingga Zona Inti dalam Kawasan Konservasi Perairan Teluk Gorontalo, dengan jarak jangkauan hingga 500 meter.

Kusbian Indradi menuturkan bahwa kondisi perairan selama monitoring cukup menantang, dengan ombak yang signifikan dan jarak pandang terbatas, hanya sekitar 5-6 meter. Meski demikian, keahlian para penyelam memungkinkan proses pengamatan berjalan optimal.

Plt Kepala Bidang Pengelolaan Ruang Laut dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PRL dan PSDKP) Hartaty Isima, menjelaskan tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi terkini mengenai kondisi fisik dan biologis perairan, memantau perubahan ekosistem, dan mengevaluasi dampak aktivitas manusia. Monitoring biofisik menjadi instrumen penting dalam mengukur efektivitas pengelolaan kawasan konservasi.

Fokus utama monitoring mencakup:

  • Kondisi habitat, khususnya ekosistem terumbu karang
  • Sumber daya ikan (populasi, jenis, dan ukuran)
  • Biodiversitas non-ikan (invertebrata laut, mamalia laut, dan organisme laut lainnya)

Hasil monitoring ini diharapkan menjadi dasar dalam menilai efektivitas pengelolaan kawasan konservasi, mengidentifikasi potensi kerusakan lingkungan, dan merumuskan kebijakan strategis pengelolaan perairan. Selain itu, data ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak pembangunan dan pemanfaatan sumber daya, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan.

Hartaty Isima menekankan pentingnya perairan Desa Botubarani sebagai area kunci dalam Kawasan Konservasi Teluk Gorontalo dan sebagai destinasi wisata minat khusus hiu paus.

Dengan pelaksanaan monitoring biofisik ini, DKP Provinsi Gorontalo menunjukkan komitmennya dalam menjaga kelestarian kawasan konservasi laut dan mempromosikan pemanfaatan sumber daya pesisir yang berkelanjutan. Upaya ini sejalan dengan komitmen Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail dan Wagub Idah Syahidah untuk memperkuat kawasan konservasi laut di Teluk Gorontalo.