Kertajati: Investasi Triliunan Rupiah, Bergulat dengan Kerugian Puluhan Miliar

Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, sebuah proyek ambisius di Majalengka, Jawa Barat, yang diharapkan menjadi gerbang udara utama, kini menghadapi tantangan berat. Dibangun dengan investasi mencapai Rp 2,6 triliun, bandara ini justru terbebani kerugian operasional tahunan yang mencapai puluhan miliar rupiah.

Sejarah Pembangunan dan Kepemilikan

Gagasan pembangunan Bandara Kertajati sebenarnya telah muncul sejak era Presiden Megawati Soekarnoputri. Setelah melalui serangkaian studi kelayakan dan perencanaan, proyek ini akhirnya masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Pembangunan fisik dimulai pada tahun 2015 dan rampung pada tahun 2017, dengan peresmian dilakukan pada 24 Mei 2018. Total biaya pembangunan mencapai Rp 2,6 triliun, berasal dari kombinasi APBN, APBD, dan investasi swasta.

Bandara Kertajati dikelola oleh PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (PT BIJB), sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang sahamnya dimiliki oleh:

  • Pemerintah Provinsi Jawa Barat (82,29%)
  • PT Angkasa Pura II (Persero) (15,41%)
  • Koperasi Sejahtera Jawa Barat (1,62%)
  • PT Jasa Sarana (0,8%)

Selain mengelola operasional bandara, PT BIJB juga bertanggung jawab atas pengembangan Aerocity, sebuah kawasan terintegrasi yang diharapkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat.

Luas Wilayah dan Rencana Pengembangan

Dengan luas mencapai 1.800 hektar, Bandara Kertajati memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Rencana pengembangan meliputi:

  • Mixed Use Commercial Area: Area komersial seluas 21,9 hektar.
  • E-Commerce Hub: Pusat e-commerce seluas 68,4 hektar dengan kapasitas logistik hingga 500.000 ton per tahun.
  • Kertajati Aircraft Maintenance Center (KAMC): Fasilitas perawatan dan perbaikan pesawat seluas 84,2 hektar.

Tantangan Operasional dan Kerugian

Terlepas dari investasi besar dan potensi yang dimilikinya, Bandara Kertajati belum mampu menghasilkan keuntungan. Kerugian operasional tahunan mencapai Rp 60 miliar menjadi beban berat bagi Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Minimnya penerbangan menjadi penyebab utama rendahnya pendapatan bandara.

Upaya Pemerintah untuk Mengatasi Masalah

Pemerintah pusat dan daerah terus berupaya untuk meningkatkan kinerja Bandara Kertajati. Beberapa strategi yang dilakukan antara lain:

  • Integrasi kawasan: Mengoptimalkan seluruh area bandara melalui sistem transportasi terpadu.
  • Pengembangan fasilitas non-aeronautika: Membangun kawasan komersial seperti hotel, pusat konvensi, dan pusat perbelanjaan.
  • Pusat logistik dan kargo: Mengembangkan e-commerce hub sebagai pusat logistik kargo.
  • Pengembangan fasilitas MRO: Menyediakan fasilitas perawatan pesawat melalui KAMC.

Selain itu, Bandara Kertajati juga difokuskan untuk melayani penerbangan umrah dan haji, serta menarik maskapai penerbangan untuk membuka rute baru. Pada tahun 2024, bandara ini mencatat peningkatan jumlah penumpang dan penerbangan yang signifikan, meskipun masih didominasi oleh rute domestik.