Akselerasi Eksplorasi Migas di Papua Barat Daya Didorong untuk Penuhi Target Nasional
Pemerintah dan pelaku industri migas di Papua Barat Daya tengah berupaya mempercepat kegiatan eksplorasi dan pengembangan sumur-sumur minyak baru. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan produksi migas nasional dan memenuhi kebutuhan energi domestik.
Dua perusahaan migas yang telah lama beroperasi di wilayah Sorong, yaitu Pertamina EP dan RH Petrogas, menyatakan komitmennya untuk mendukung upaya tersebut. Dukungan ini diwujudkan melalui rencana investasi dan pelaksanaan berbagai kegiatan eksplorasi serta pengembangan.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Djoko Siswanto, menekankan pentingnya fokus pada percepatan eksplorasi dan eksploitasi migas. Ia juga mendorong upaya menarik investor untuk meningkatkan cadangan migas Indonesia. SKK Migas, kata Djoko, telah memberikan berbagai insentif dan kemudahan bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) yang akan melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.
"Target utama kita adalah menaikkan lifting. Ini sejalan dengan program dan Asta Cita Presiden Prabowo-Gibran dan telah menjadi target Kementerian ESDM. Kita akan kejar terus lifting sesuai target yang telah ditetapkan," tegas Djoko.
President RH Petrogas Indonesia, Ferry Hakim, menjelaskan bahwa saat ini Wilayah Kerja Kepala Burung menghasilkan lebih dari 4.000 barel minyak per hari dan lebih dari 20 juta standar kaki kubik gas per hari. Seluruh produksi minyak mentah dan gas dari wilayah tersebut diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri.
RH Petrogas melalui Petrogas (Basin) Ltd. berencana melakukan pengeboran dua sumur eksplorasi, yaitu Sumur Karim 1 dan Sumur NW Klagagi-1, di Wilayah Kerja Kepala Burung pada tahun 2025. Tujuannya adalah untuk menemukan cadangan minyak dan gas baru. Selanjutnya, pada tahun 2026, akan dilakukan survei seismik 3D onshore untuk mengevaluasi prospektivitas dan potensi cadangan migas di wilayah kerja tersebut.
Selain itu, untuk mengoptimalkan produksi dari lapangan-lapangan yang sudah ada, direncanakan juga implementasi Walio Pilot Enhanced Oil Recovery (EOR) di Wilayah Kerja Kepala Burung, serta Matoa Huff & Puff di Wilayah Kerja Salawati oleh Petrogas (Island) Ltd.
Direktur Utama Regional Timur Indonesia Subholding Upstream Pertamina, Muhamad Arifin, menyampaikan bahwa dukungan penuh dari pemerintah menjadi motivasi bagi Pertamina EP untuk terus meningkatkan kinerja dan kontribusi Papua Field terhadap target produksi nasional. Kunjungan Menteri ESDM, kata Arifin, menjadi penyemangat bagi seluruh insan Papua Field untuk terus berkarya dalam menjaga ketahanan energi nasional serta menjalankan operasi yang selamat, andal, dan berkelanjutan.
Sebagai bagian dari upaya mendukung program pemerintah dalam meningkatkan produksi nasional, Pertamina EP Papua Field menargetkan pengeboran lima sumur eksplorasi dan empat sumur pengembangan. Empat sumur eksplorasi telah selesai dikerjakan, yaitu Markira (MKS)-001, Kembo (KMO)-001, Buah Merah (BMR)-001, North East Markisa (NEM)-001. Satu sumur eksplorasi lainnya, Bitangur (BIT)-001, saat ini sedang dalam proses pengeboran. Sementara itu, empat sumur pengembangan yang ditargetkan berlokasi di Salawati (SLW-C4X, SLW-E6X, SLW-F2X, SLW-F3X).
Saat ini, Pertamina EP Zona 14 Regional Indonesia Timur (Papua Field) mengelola lebih dari 100 sumur aktif dengan produksi minyak sebesar 800 barel minyak per hari (BOPD). Kunjungan Menteri ESDM ke wilayah ini semakin memperkuat posisi Papua Field sebagai wilayah strategis dalam mendukung roadmap energi nasional. Hal ini mencerminkan peran penting sinergi antara pemerintah, industri, dan masyarakat dalam membangun Indonesia dari wilayah timur.