Dosen UKSW Tolak Uluran Tangan Kampus, Merasa Dieksploitasi di Tengah Aksi Mogok Makan
Polemik di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga terus bergulir. R.E.S Fobia, seorang dosen Fakultas Hukum, menolak bantuan yang sebelumnya diberikan oleh pihak kampus. Penolakan ini dilatarbelakangi oleh perasaan dosen yang bersangkutan merasa dirinya menjadi alat eksploitasi dan pencitraan.
Bantuan berupa uang dan sembako diserahkan kepada istri R.E.S Fobia oleh Kepala Campus Ministry UKSW, Pendeta Dr. Ferry Nahusona. Namun, dosen yang tengah melakukan aksi mogok makan ini kemudian mengembalikan bantuan tersebut. R.E.S Fobia merasa keberatan dengan pemberian bantuan itu karena menurutnya, hal itu justru dimanfaatkan untuk pencitraan pimpinan UKSW. Ia mengaku tidak mengetahui adanya bantuan tersebut karena sejak Selasa (10/6/2025) malam melakukan aksi mogok makan di depan kampus.
Menurut R.E.S Fobia, ada ketidaksesuaian informasi terkait sumber bantuan. Saat penyerahan bantuan, istrinya diberitahu bahwa bantuan tersebut berasal dari Campus Ministry UKSW. Namun, ia kemudian menemukan notifikasi transfer dengan pesan 'berbagi kasih dari Prof Yafet R', yang merupakan Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Kealumnian UKSW. Hal ini menimbulkan pertanyaan dan rasa tidak nyaman bagi R.E.S Fobia.
Aksi Mogok Makan dan Tuntutan Evaluasi
R.E.S Fobia menegaskan bahwa aksi mogok makan yang dilakukannya berkaitan dengan persoalan internal di UKSW. Ia meminta agar persoalan ini tidak dipersonalisasi dan mendesak pimpinan kampus untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem penilaian Beban Kinerja Dosen (BKD) yang menjadi dasar pemberian gaji.
"Kenapa hanya saya yang dijadikan sasaran? Apakah dari dosen lain juga ada penertiban, karena pasti banyak juga yang bermasalah. Saya itu dari April-September 2024 masih mengajar secara team teaching," kata Res.
Sebelumnya, pihak UKSW melalui Kepala Campus Ministry, Pendeta Dr. Ferry Nahusona, menyatakan bahwa pemberian bantuan tersebut merupakan bagian dari misi kemanusiaan UKSW untuk memberikan dukungan kepada keluarga R.E.S Fobia.
Tanggapan Pihak Universitas
Aksi mogok makan yang dilakukan R.E.S Fobia telah mendapatkan tanggapan resmi dari pihak UKSW. Dalam keterangan tertulis, universitas menyatakan bahwa R.E.S Fobia tidak menjalankan kewajibannya sebagai dosen selama beberapa semester terakhir, termasuk tidak mengajar, meneliti, dan melakukan pengabdian kepada masyarakat.
Pihak universitas juga menjelaskan bahwa R.E.S Fobia tidak mengisi Beban Kinerja Dosen (BKD) dan tidak memberikan alasan ketidakhadirannya secara resmi sejak April 2024 hingga April 2025. Meskipun demikian, UKSW tetap membayarkan gaji R.E.S Fobia sejak April hingga November 2024 sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan, dengan harapan yang bersangkutan kembali melaksanakan kewajibannya.
Namun, karena ketidakhadirannya yang berkepanjangan, gaji R.E.S Fobia untuk periode November 2024 hingga Juni 2025 tidak diberikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur bahwa upah tidak dibayarkan jika pekerja tidak melakukan pekerjaan.
Di tengah situasi ini, UKSW tetap berupaya memberikan perhatian kepada R.E.S Fobia dan keluarganya melalui program Layanan Khusus Diakonia Kedaruratan (LAKU KONTAN) dari Campus Ministry (CM).