Emiten Tambang BUMN Tebar Dividen Menggiurkan, Investor Pantau Prospek

Emiten Tambang BUMN Tebar Dividen Menggiurkan, Investor Pantau Prospek

Tiga perusahaan tambang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baru saja mengumumkan pembagian dividen kepada para pemegang saham, sebuah kabar yang disambut antusias oleh para investor. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS) secara resmi mengumumkan keputusan ini setelah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk Tahun Buku 2024 yang dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Juni 2024.

Rincian Dividen dan Kinerja Saham

ANTM menjadi sorotan dengan pembagian dividen sebesar Rp 3,6 triliun, atau setara dengan Rp 151,77 per saham. Jumlah ini mencerminkan komitmen perusahaan untuk memberikan nilai maksimal kepada pemegang saham, dengan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio/DPR) mencapai 100 persen dari laba bersih tahun 2024, sama seperti tahun sebelumnya. Meskipun demikian, harga saham ANTM mengalami penurunan sebesar 3,35 persen, ditutup pada level Rp 3.170 pada hari Kamis. Namun, dengan angka dividen tersebut, dividend yield ANTM berada pada angka menarik, yaitu 4,78 persen.

PTBA juga tidak kalah menarik dengan dividen sebesar Rp 3,8 triliun, atau Rp 332 per saham. Rasio pembayaran dividen perusahaan ini mencapai 75 persen dari laba bersih. Sama seperti ANTM, PTBA mempertahankan DPR yang sama dengan tahun sebelumnya. Harga saham PTBA ditutup pada Rp 2.980, turun 1 persen dari hari sebelumnya, menghasilkan yield dividen yang sangat atraktif, yakni 11,14 persen.

Sementara itu, TINS akan membagikan dividen tunai sebesar Rp 474,65 miliar, atau sekitar Rp 63,73 per saham. Rasio pembayaran dividen TINS adalah 40 persen dari laba bersih. Harga saham TINS ditutup pada Rp 1.160, memberikan yield dividen sebesar 5,49 persen.

Analisis dan Rekomendasi

Oktavianus Audi, Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, memberikan pandangannya terkait prospek masing-masing saham. Menurutnya, dividen ANTM masih solid karena didukung oleh kas perusahaan yang mampu menutupi kebutuhan belanja modal (capex) yang mencapai Rp 3,7 triliun. Selain itu, laba bersih ANTM juga mengalami lonjakan signifikan, yaitu sebesar 794 persen secara tahunan pada kuartal I 2025.

PTBA, meskipun membagikan dividen jumbo, menghadapi tantangan dengan kenaikan capex hingga tiga kali lipat menjadi Rp 7,2 triliun pada tahun 2025. Hal ini, menurut Audi, berpotensi membuat PTBA kesulitan untuk mempertahankan rasio pembayaran dividen di level 100 persen.

Keputusan TINS untuk membagikan dividen dinilai sejalan dengan pola historis perusahaan. Kinerja laba bersih TINS juga mengalami peningkatan yang menggembirakan, yaitu sebesar 363 persen secara tahunan pada tahun 2024.

Audi menambahkan bahwa ANTM dan TINS memiliki prospek yang menjanjikan. Kenaikan harga emas ke level US$ 3.120 per troy ounce dan rebound harga timah ke US$ 35.000 per ton pada kuartal I 2025 menjadi sentimen positif. Selain itu, proyek kendaraan listrik (EV) dan hilirisasi juga memberikan dorongan bagi kedua perusahaan.

Namun, Audi mengingatkan investor untuk mewaspadai risiko oversupply nikel yang masih membayangi pasar.

Sebaliknya, prospek PTBA dinilai kurang menarik karena harga batu bara mengalami stagnasi. Selain itu, capex besar untuk proyek rel dan hilirisasi batu bara (Dimethyl Ether/DME) berpotensi menekan arus kas perusahaan.

Berikut adalah rekomendasi dari Oktavianus Audi:

  • Beli ANTM, target harga Rp 3.450 per saham
  • Trading buy TINS, target harga Rp 1.370 per saham
  • Tahan PTBA, target harga Rp 3.100 per saham

Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, sependapat bahwa ANTM tetap menarik untuk diinvestasikan. Permintaan emas dan nikel yang tinggi, terutama didorong oleh sektor EV dan ekspansi smelter nikel, menjadi faktor pendorong utama.

Prospek PTBA sangat bergantung pada permintaan batu bara, terutama dari Tiongkok dan India. Sementara itu, untuk TINS, Indy menyarankan investor untuk terus mencermati fluktuasi harga komoditas.

Berikut adalah rekomendasi dari Indy Naila:

  • Buy on weakness ANTM, target Rp 3.800–4.000
  • Beli PTBA, target Rp 3.100
  • Speculative buy TINS, target Rp 1.365

Muhammad Wafi, Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), juga merekomendasikan buy on weakness untuk ANTM dengan target harga di level support Rp 3.600 per saham.

Pendapat serupa disampaikan oleh William Hartanto, Founder WH-Project, dengan rekomendasi sebagai berikut:

  • Beli ANTM, target Rp 3.600–3.800
  • Beli PTBA, target Rp 3.140–3.300