Terungkap Keunggulan Material Komposit pada Boeing 787 Dreamliner di Tengah Investigasi Kecelakaan Air India

Tragedi yang menimpa pesawat Boeing 787 Dreamliner milik Air India, dengan hanya satu penumpang selamat, telah memicu sorotan tajam terhadap pesawat berbadan lebar yang dikenal luas dengan inovasi material dan efisiensi bahan bakarnya. Kecelakaan ini menjadi insiden fatal pertama sejak debut komersialnya pada tahun 2011, sekaligus mengundang pertanyaan mendalam tentang keselamatan dan keandalan teknologi yang diusungnya.

Sejak diperkenalkan, Dreamliner telah menjadi favorit di kalangan maskapai penerbangan, dengan lebih dari 1.100 unit telah dikirimkan ke seluruh dunia. Pesawat ini dipuji karena desainnya yang revolusioner, yang secara signifikan memanfaatkan material komposit, khususnya serat karbon. Penggunaan serat karbon, yang mencapai lebih dari 50% dari struktur pesawat, merupakan langkah maju yang berani dari Boeing. Material ini menggantikan sebagian besar aluminium yang digunakan pada model-model sebelumnya, sehingga menghasilkan pengurangan berat yang substansial. Penurunan berat ini berkontribusi langsung pada efisiensi bahan bakar yang lebih baik dan pengurangan emisi karbon, menjadikannya pilihan yang lebih ramah lingkungan.

Selain material komposit, Dreamliner juga memperkenalkan serangkaian inovasi lain, termasuk mesin yang lebih efisien, aerodinamika yang ditingkatkan, dan peningkatan elektrifikasi sistem tenaga. Peningkatan elektrifikasi ini memungkinkan penggunaan baterai yang lebih luas untuk berbagai sistem, meningkatkan efisiensi dan mengurangi ketergantungan pada sistem hidrolik konvensional.

Menanggapi kecelakaan Air India, para ahli penerbangan menekankan bahwa masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang penyebabnya. Investigasi menyeluruh diperlukan untuk mengungkap faktor-faktor yang berkontribusi pada insiden tragis ini. Profesor Ali Elham dari University of Southampton, seorang pakar penerbangan, menekankan bahwa kecelakaan udara sering kali disebabkan oleh serangkaian masalah yang saling terkait, bukan hanya satu penyebab tunggal.

Fase lepas landas dan pendaratan, seperti yang dialami pesawat Air India, secara umum dianggap sebagai fase paling kritis dalam penerbangan. Selama fase ini, pesawat berada pada ketinggian rendah, sehingga memberikan waktu dan ruang yang lebih sedikit bagi pilot untuk mengatasi masalah teknis atau perubahan mendadak. Kondisi ini meningkatkan risiko dan menuntut kewaspadaan serta respons yang cepat dan tepat dari awak pesawat.

Berikut adalah beberapa inovasi yang ada pada Boeing 787 Dreamliner:

  • Penggunaan material komposit (serat karbon) secara ekstensif
  • Mesin yang lebih efisien
  • Aerodinamika yang ditingkatkan
  • Peningkatan elektrifikasi sistem tenaga

Investigasi atas kecelakaan Air India masih berlangsung, dan hasilnya diharapkan dapat memberikan wawasan berharga tentang keselamatan dan keandalan pesawat Boeing 787 Dreamliner, serta membantu mencegah insiden serupa di masa depan.