Bandara Kertajati: Investasi Triliunan Rupiah dan Tantangan Profitabilitas

Bandara Kertajati: Investasi Triliunan Rupiah dan Tantangan Profitabilitas

Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, yang terletak di Majalengka, Jawa Barat, merupakan proyek ambisius yang bertujuan untuk meningkatkan konektivitas udara di wilayah tersebut. Dibangun dengan investasi mencapai Rp 2,6 triliun, bandara ini diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi baru di Jawa Barat. Namun, sejak diresmikan pada tahun 2018, operasional bandara ini belum optimal, bahkan dilaporkan mengalami kerugian hingga Rp 60 miliar per tahun. Lalu, bagaimana sebenarnya perjalanan pembangunan bandara ini dan apa saja upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya?

Sejarah dan Pembangunan Bandara Kertajati

Gagasan pembangunan Bandara Kertajati telah muncul sejak awal tahun 2000-an, tepatnya pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Studi kelayakan dilakukan pada tahun 2003, dan lokasi bandara ditetapkan pada tahun 2005. Meskipun Pemerintah Provinsi Jawa Barat sempat menyatakan kesiapan untuk membiayai proyek ini melalui APBD, realisasinya tertunda hingga tahun 2011.

Proyek ini kemudian ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), yang membuka jalan bagi pendanaan dari APBN melalui Kementerian Perhubungan. Pekerjaan awal, seperti pembersihan lahan dan pembangunan pondasi, dimulai pada tahun 2014. Pembangunan fisik bandara dimulai pada tahun 2015 dan rampung pada tahun 2017. Bandara Kertajati diresmikan pada 24 Mei 2018, dengan pesawat kepresidenan menjadi pesawat pertama yang mendarat di landasan pacu bandara.

Struktur Kepemilikan dan Pengelolaan

Pengelolaan Bandara Kertajati berada di bawah PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (PT BIJB), sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. PT BIJB dibentuk melalui Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2013 dan resmi berdiri pada 24 November 2014. Struktur kepemilikan saham PT BIJB terdiri dari:

  • Pemerintah Provinsi Jawa Barat: 82,29 persen
  • PT Angkasa Pura II (Persero): 15,41 persen
  • Koperasi Sejahtera Jawa Barat: 1,62 persen
  • PT Jasa Sarana: 0,8 persen

Selain mengelola operasional bandara, PT BIJB juga bertanggung jawab atas pengembangan kawasan Aerocity yang terintegrasi dengan bandara. Proyek ini diharapkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat, dengan dukungan akses transportasi darat, kereta cepat, dan pelabuhan.

Luas dan Rencana Pengembangan

Bandara Kertajati memiliki luas sekitar 1.800 hektar, menjadikannya salah satu bandara terbesar di Indonesia berdasarkan luas lahan. Pengembangan bandara tidak hanya mencakup fasilitas bandara, tetapi juga zona penunjang seperti:

  • Mixed Use Commercial Area seluas 21,9 hektar
  • E-Commerce Hub seluas 68,4 hektar dengan kapasitas logistik hingga 500.000 ton per tahun
  • Kertajati Aircraft Maintenance Center (KAMC) seluas 84,2 hektar untuk layanan perawatan dan perbaikan pesawat (MRO)

Pemerintah pusat juga berupaya untuk meningkatkan citra bandara, serta memberikan insentif seperti potongan tarif gudang kargo, insentif untuk maskapai, dan promosi paket wisata.

Tantangan Profitabilitas dan Upaya Peningkatan

Meskipun telah menelan investasi besar, Bandara Kertajati menghadapi tantangan dalam mencapai profitabilitas. Minimnya penerbangan menyebabkan pendapatan bandara belum mampu menutupi biaya operasional, sehingga menjadi beban bagi keuangan daerah.

Pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengoptimalkan Bandara Kertajati, termasuk:

  • Integrasi kawasan bandara seluas 1.800 hektar melalui sistem transportasi terpadu.
  • Pengembangan fasilitas non-aeronautika seperti hotel, pusat konferensi (MICE), dan pusat perbelanjaan.
  • Pengembangan pusat logistik dan kargo di E-Commerce Hub dengan kapasitas hingga 500.000 ton per tahun.
  • Pengembangan fasilitas perawatan pesawat melalui Kertajati Aircraft Maintenance Center (KAMC).

Selain itu, Bandara Kertajati juga difungsikan untuk melayani penerbangan umrah dan haji, serta mendorong maskapai untuk membuka lebih banyak rute reguler dari dan menuju Kertajati. Pada tahun 2024, bandara ini telah melayani 413.240 penumpang, meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, dengan rute domestik mendominasi.

Bandara Kertajati merupakan aset penting bagi Jawa Barat dan Indonesia. Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan bandara ini dapat mencapai potensi penuhnya dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian daerah dan nasional.