Demam Labubu Dongkrak Kekayaan Pendiri Pop Mart, Wang Ning Masuk Jajaran Elite Orang Terkaya di China

Popularitas boneka Labubu, karya seni berbentuk kelinci dengan telinga runcing dan senyum khas, telah membawa berkah bagi Wang Ning, pendiri Pop Mart International Group. Wang Ning kini resmi menjadi salah satu dari 10 orang terkaya di China, sebuah pencapaian yang mencerminkan kesuksesan global mainan koleksi tersebut.

Kekayaan Wang Ning, yang berusia 38 tahun, melonjak berkat tingginya nilai saham Pop Mart di bursa Hong Kong. Menurut Forbes Real-Time Billionaires List, Wang Ning menduduki peringkat ke-10 sebagai orang terkaya di China, dengan total kekayaan mencapai US$ 22,7 miliar. Ia bersanding dengan tokoh-tokoh bisnis terkemuka lainnya seperti Zhang Yiming (ByteDance), Zhong Shanshan (Nongfu Spring), dan Ma Huateng (Tencent).

Nilai saham Pop Mart mengalami peningkatan signifikan, bahkan mencapai tiga kali lipat. Pada tahun ini, saham perusahaan telah melampaui HK$ 270 (US$ 34,4). Fenomena ini tak lepas dari daya tarik Labubu, yang dirancang oleh seniman Hong Kong, Kasing Lung. Boneka ini telah menjadi incaran para kolektor, termasuk selebriti dunia seperti Rihanna, Dua Lipa, dan Lisa Blackpink.

Euforia Labubu memicu antrean panjang di toko-toko Pop Mart. Saat peluncuran edisi ketiga pada bulan April lalu, penggemar rela berdesakan untuk mendapatkan boneka dengan harga mulai dari £13,50 (US$ 18,30) hingga £50 per buah di sebuah toko di London. Di Beijing, boneka Labubu berukuran manusia bahkan terjual seharga 1,08 juta yuan (US$ 150.000) melalui lelang.

Bank Ping An sempat memanfaatkan popularitas Labubu untuk menarik nasabah baru, menawarkan mainan tersebut bagi siapa saja yang membuka rekening dan menyetor dana minimal 50.000 yuan. Namun, praktik ini dihentikan oleh regulator keuangan karena dianggap memberikan insentif yang tidak pantas.

Analis dari Deutsche Bank dan Morgan Stanley memberikan rekomendasi positif terhadap saham Pop Mart, dengan menaikkan target harga secara signifikan. Deutsche Bank, misalnya, menaikkan target harga sebesar 52% menjadi HK$ 303, didorong oleh pertumbuhan perusahaan di pasar internasional.

Analis Deutsche Bank, Jessie Xu, mencatat bahwa sangat jarang sebuah IP (Intellectual Property) komik/mainan mampu menembus batasan budaya dan diterima luas seperti Labubu. Namun, beberapa pihak memberikan peringatan terkait potensi risiko jangka panjang. Analis Morningstar, Jeff Zhang, menilai bahwa saham Pop Mart saat ini terlalu tinggi jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Ia menambahkan, daya tarik konsumen dapat beralih ke IP pesaing.

Kenny Ng dari Everbright Securities International juga menyoroti bahwa keberlanjutan pertumbuhan Pop Mart bergantung pada kemampuan para desainer untuk terus menciptakan produk yang diminati pasar. Ia juga menyoroti harga saham Pop Mart yang terbilang mahal, di mana perusahaan dengan nilai HK$ 365 miliar ini diperdagangkan dengan harga lebih dari 50 kali lipat dari perkiraan pendapatan tahun 2025.

Pada kuartal pertama tahun ini, Pop Mart mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 170% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perusahaan memperkirakan penjualan setahun penuh dapat tumbuh lebih dari 50%, mencapai lebih dari 20 miliar yuan pada tahun 2025. Tahun lalu, pendapatan Pop Mart melonjak 107% menjadi 13 miliar yuan, sementara laba yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan meningkat lebih dari 180% menjadi 3,1 miliar yuan.