Perjuangan Jemaah Haji Indonesia: Haru dan Tangis di Tanah Suci, Kisah Perjalanan Panjang dari Muzdalifah ke Mina
Perjalanan Spiritual Penuh Tantangan: Kisah Jemaah Haji Indonesia
Suasana haru menyelimuti Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, saat kedatangan jemaah haji Kloter 1 Debarkasi Solo asal Kabupaten Purbalingga. Tangis bahagia pecah saat mereka menginjakkan kaki kembali di Tanah Air, Jumat (13/6/2025). Perjalanan ibadah haji yang penuh perjuangan telah usai, meninggalkan kesan mendalam bagi setiap jemaah.
Salah satu pengalaman yang paling membekas adalah perjalanan dari Muzdalifah ke Mina saat puncak haji di Armuzna (Arofah-Muzdalifah-Mina). Kondisi yang padat memaksa banyak jemaah untuk berjalan kaki berkilo-kilometer di bawah terik matahari.
Sri Endah Indriati (57), seorang jemaah asal Purbalingga, tak kuasa menahan air mata saat sujud syukur di bandara. Bersama adiknya, ia bahkan sempat pingsan setibanya di Mina akibat kelelahan setelah berjalan kaki jauh.
"Terharu, kita sudah sampai di sini," ucap Sri Endah dengan suara bergetar. Ia menceritakan bagaimana dirinya bersama suami, ibu, dan adiknya harus berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina karena tidak ada bus yang tersedia. Meskipun sempat menumpang bus sejauh 3 kilometer, mereka kemudian diturunkan di terminal yang jauh dan harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh 3 kilometer lagi.
"Alhamdulillah, setelah dua malam tidak tidur, kami sampai di Mina sekitar jam zuhur. Sampai sana, kita pingsan berdua," kenangnya.
Sri Endah berpesan agar masyarakat mendaftar haji sejak usia muda agar kondisi fisik tetap prima saat tiba giliran berangkat. "Alhamdulillah, saya sangat bangga dan bersyukur bisa menunaikan ibadah haji dengan baik. Berangkat berempat, pulang berempat."
Diana Widiastuti, jemaah asal Purbalingga lainnya, juga berbagi pengalamannya menghadapi tantangan selama di Tanah Suci. Ia terpisah dari rombongan saat keluar dari Muzdalifah dan harus berjalan kaki beberapa jam sebelum akhirnya bisa menumpang bus.
"Saya hanya berdoa, Ya Allah kuatkanlah, sehatkanlah saya," ujarnya. Ia bersyukur bisa kembali bergabung dengan rombongan setelah meminta bantuan petugas Arab Saudi.
Budi Saptana, jemaah lainnya, bahkan tak bisa berkata-kata saking terharunya. Sang istri, Harmiah, menuturkan bahwa secara umum pelaksanaan ibadah haji berjalan lancar. Namun, ia mengakui bahwa perjalanan dari Muzdalifah ke Mina menjadi tantangan tersendiri.
"Karena kondisi di sana jalannya sangat macet, sehingga akhirnya banyak yang akhirnya jalan kaki dari Muzdalifah ke Mina," jelas Harmiah. Jarak yang ditempuh jemaah bervariasi, mulai dari 3 kilometer hingga 10 kilometer.
Abdul Sobir, jemaah lainnya, juga menyoroti masalah transportasi saat di Armuzna. Ia berharap ada perbaikan dalam pengaturan transportasi agar jemaah tidak perlu berjalan kaki terlalu jauh.
Pengalaman-pengalaman ini menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan spiritual para jemaah haji Indonesia. Di balik segala tantangan dan kesulitan, terdapat rasa syukur dan kebahagiaan yang tak terhingga karena dapat menunaikan rukun Islam kelima.