Teheran Mengecam Sikap Diam IAEA Setelah Serangan Israel ke Fasilitas Nuklir

Pemerintah Iran melontarkan kecaman keras terhadap Badan Energi Atom Internasional (IAEA) atas sikap diam mereka pasca-serangan Israel yang menyasar fasilitas nuklir Iran dan para ilmuwannya. Teheran mengonfirmasi bahwa serangan tersebut menyebabkan kerusakan di kompleks nuklir Natanz.

Serangan yang terjadi pada Jumat (13/6) lalu itu dilaporkan menewaskan sejumlah ilmuwan nuklir Iran. Selain itu, serangan tersebut juga merenggut nyawa komandan tinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Hossein Salami, dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mohammad Bagheri. Insiden ini meningkatkan ketegangan di kawasan dan memicu kekhawatiran global.

Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) menyatakan bahwa sikap diam IAEA sama saja dengan bentuk kolaborasi dengan rezim Zionis. Mereka juga menambahkan bahwa serangan Israel merupakan bentuk kegagalan IAEA karena ketidakmampuan mereka yang tak bisa dibenarkan.

Menurut pernyataan AEOI, investigasi awal menunjukkan adanya kerusakan pada beberapa bagian fasilitas di Natanz. Namun, mereka memastikan bahwa hingga saat ini tidak ada indikasi kontaminasi radioaktif atau kimia di luar lokasi tersebut. Investigasi lebih lanjut sedang dilakukan untuk menilai secara komprehensif tingkat kerusakan yang terjadi.

Tak lama setelah kecaman dari Iran, Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, mengeluarkan pernyataan yang menekankan bahwa fasilitas nuklir seharusnya tidak menjadi sasaran serangan. Ia menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin guna menghindari eskalasi lebih lanjut. Grossi juga menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas perkembangan situasi ini, dan memperingatkan bahwa setiap tindakan militer yang membahayakan keselamatan dan keamanan fasilitas nuklir berpotensi menimbulkan konsekuensi serius bagi Iran, kawasan, dan sekitarnya.

Israel mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menargetkan fasilitas nuklir dan militer di berbagai wilayah Iran. Juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin, mengungkapkan bahwa serangan itu melibatkan sejumlah besar jet tempur yang menyerang banyak target di Iran. Seorang pejabat militer Israel yang enggan disebutkan namanya menambahkan bahwa fasilitas pengayaan uranium di Natanz dan pabrik rudal balistik Iran termasuk di antara target utama serangan tersebut. Pejabat itu juga mengklaim bahwa Iran memiliki cukup material untuk memproduksi sejumlah bom nuklir dalam waktu singkat.

Serangan ini semakin memperburuk hubungan antara Iran dan Israel, dan meningkatkan kekhawatiran akan potensi konflik yang lebih luas di kawasan Timur Tengah.