Penjualan Otomotif Nasional Lesu, Insentif dan Regulasi Jadi Sorotan

Penjualan Otomotif Indonesia Melambat: Perbandingan dengan Negara Tetangga Ungkap Tantangan

Industri otomotif Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang signifikan. Data terbaru menunjukkan adanya penurunan dalam penjualan mobil, menimbulkan kekhawatiran tentang pemulihan sektor ini. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan bahwa penjualan mobil pada bulan Mei 2025 mencapai 60.613 unit secara wholesales (dari pabrik ke dealer) dan 61.339 unit secara retail sales (dari dealer ke konsumen). Meskipun terdapat peningkatan dibandingkan bulan April 2025, angka ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan kinerja penjualan pada awal tahun.

Secara rinci, pada bulan Januari 2025, penjualan wholesales mencapai 61.932 unit dan retail sales sebesar 64.029 unit. Angka ini meningkat pada bulan Februari dengan wholesales sebanyak 72.336 unit dan retail sales 69.872 unit, serta mencapai puncaknya pada bulan Maret dengan wholesales 70.895 unit dan retail sales 76.582 unit. Penurunan pada bulan Mei 2025 menunjukkan bahwa penjualan mobil masih berada di bawah angka normal yang seharusnya berada di kisaran 70.000 hingga 80.000 unit per bulan.

Selain itu, data penjualan mobil dari Januari hingga Mei 2025 menunjukkan bahwa wholesales mencapai 316.981 unit, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 335.405 unit. Penurunan juga terjadi pada retail sales, dengan angka 328.852 unit pada Januari-Mei 2025, turun dari 362.163 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menyoroti perbedaan kondisi industri otomotif di Indonesia dengan negara-negara tetangga, terutama Malaysia. Menurutnya, Malaysia mengalami peningkatan penjualan mobil dan kini menempati peringkat kedua di ASEAN setelah Indonesia dalam hal penjualan domestik, menggeser Thailand ke posisi ketiga. Kukuh menekankan pentingnya memahami faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan ini.

Salah satu faktor kunci yang membedakan Malaysia dari Indonesia adalah dukungan pemerintah terhadap industri otomotif. Malaysia mempertahankan insentif untuk industri otomotif sejak pandemi COVID-19, yang mendorong minat masyarakat untuk membeli mobil. Selain itu, pendapatan per kapita di Malaysia lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Vietnam dan Filipina juga memberikan insentif pajak, yang membantu menjaga stabilitas ekonomi mereka. Kukuh menyarankan agar Indonesia belajar dari ketiga negara ini karena kondisi mereka relatif tidak jauh berbeda.

Beban Pajak dan Insentif Sebagai Faktor Penentu

Selain insentif, Kukuh juga menyoroti perbedaan dalam sistem perpajakan kendaraan di negara-negara tetangga. Di Malaysia, pajak tahunan untuk mobil seperti Avanza tidak mencapai Rp 1 juta, sementara di Indonesia bisa mencapai Rp 4 juta. Beban pajak yang tinggi ini menjadi salah satu faktor yang membuat harga mobil di Indonesia relatif lebih mahal. Harga mobil yang awalnya Rp 100 juta dari pabrik bisa melonjak menjadi Rp 150 juta setelah dikenakan berbagai jenis pajak seperti PPN, PPnBM, BBNKB, dan PKB. Hal ini terjadi di tengah penurunan daya beli masyarakat.

Industri otomotif Indonesia pernah merasakan dampak positif dari insentif pemerintah. Selama pandemi COVID-19, pemerintah memberikan insentif PPnBM yang berhasil mendongkrak penjualan mobil. Pada tahun 2021, penjualan mobil melonjak dari 500.000 unit menjadi 800.000-900.000 unit. Kukuh menekankan perlunya tindakan serupa untuk kembali meningkatkan penjualan otomotif di Indonesia.

Ia menambahkan bahwa negara-negara seperti Malaysia dan Vietnam juga memberikan insentif pajak untuk menjaga stabilitas industri otomotif mereka. Dengan demikian, Indonesia perlu mempertimbangkan kembali kebijakan insentif dan perpajakan untuk menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pertumbuhan industri otomotif.

Perbandingan Kebijakan dan Dampaknya pada Pasar Otomotif

Berikut adalah perbandingan kebijakan di beberapa negara:

  • Malaysia: Mempertahankan insentif pajak sejak pandemi COVID-19, pajak kendaraan lebih rendah.
  • Vietnam: Memberikan insentif pajak untuk mendorong ekonomi.
  • Filipina: Memberikan insentif pajak.
  • Indonesia: Sempat memberikan insentif PPnBM selama pandemi, namun pajak kendaraan relatif tinggi.

Dengan membandingkan kebijakan dan kondisi pasar otomotif di berbagai negara, Indonesia dapat mengidentifikasi langkah-langkah strategis untuk meningkatkan daya saing industri otomotif dan mendorong pertumbuhan penjualan mobil.