Food Reviewer Codeblu Diperiksa Polisi Terkait Dugaan Pemerasan Ratusan Juta Rupiah dari Toko Roti
Food Reviewer Codeblu Diperiksa Polisi Terkait Dugaan Pemerasan
William Anderson, atau yang lebih dikenal dengan nama Codeblu, seorang food reviewer di media sosial, menjalani pemeriksaan di Polres Metro Jakarta Selatan pada Selasa (11/3/2025). Pemeriksaan ini terkait laporan dari manajemen Clairmont, sebuah toko roti, yang menuduh Codeblu melakukan pemerasan dengan modus penawaran kerjasama senilai Rp 350 juta. Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Ardian Satrio Utomo, membenarkan adanya pemeriksaan tersebut. Ini merupakan pemeriksaan perdana Codeblu sebagai saksi dalam kasus yang dilaporkan pada November 2024. Laporan tersebut, menurut AKBP Ardian, berkaitan dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Pihak kepolisian telah melakukan penyelidikan dan telah meminta keterangan dari kedua belah pihak. AKBP Ardian enggan merinci detail laporan yang diajukan Clairmont, namun memastikan bahwa pihak manajemen toko roti juga telah memberikan keterangan kepada penyidik. Codeblu sendiri mengakui telah menjalani serangkaian pertanyaan dari pihak kepolisian. Ia menjelaskan bahwa pemeriksaan lebih bersifat wawancara untuk menggali kronologi kejadian dari awal hingga akhir. Codeblu menambahkan bahwa dirinya telah berupaya melakukan mediasi dan perdamaian dengan pihak Clairmont, serta menyampaikan permintaan maaf atas kesalahpahaman yang terjadi. Ia juga berjanji untuk memperbaiki kinerja dan cara kerjanya ke depan.
Bantahan Codeblu dan Penjelasan Kerjasama
Codeblu membantah tuduhan pemerasan. Ia menjelaskan bahwa proposal kerjasama yang diajukannya kepada Clairmont bukanlah bentuk pemerasan, melainkan sebuah tawaran kerja sama yang terinci dalam 5 tahap. Dalam proposal tersebut, Codeblu menawarkan pembuatan konten promosi untuk Clairmont di akun media sosialnya, dengan imbalan fee sebesar Rp 350 juta untuk 8 konten yang dipublikasikan. Ia menganggap kesalahpahaman ini berujung pada seruan boikot terhadap dirinya di media sosial, yang mengakibatkan dirinya mendapat hujatan dari berbagai pihak. Codeblu menyatakan bahwa dirinya merasa banyak kesalahan dalam cara kerjanya, dan kejadian ini menjadi pelajaran berharga untuk memperbaiki kinerjanya di masa mendatang dan mempertimbangkan dampak dari setiap tindakannya. Ia berharap kejadian ini menjadi momentum untuk berbenah dan memastikan setiap kolaborasi yang dilakukan di masa mendatang dilakukan dengan lebih profesional dan transparan.
Dampak Kontroversi dan Seruan Boikot
Kontroversi yang melibatkan Codeblu ini bermula dari kritiknya terhadap Clairmont, yang kemudian memicu perdebatan di publik. Awalnya, Codeblu menuduh Clairmont memberikan kue kedaluwarsa kepada panti asuhan. Meskipun Codeblu telah meminta maaf atas pernyataan tersebut, kontroversi berlanjut dengan munculnya tuduhan pemerasan dan seruan boikot yang meluas di media sosial. Codeblu kini sedang menghadapi konsekuensi atas kontroversi ini, menunjukkan betapa pentingnya tanggung jawab dan etika dalam profesi food reviewer, khususnya dalam hal transparansi dan hubungan profesional dengan pihak yang terlibat.
Pemeriksaan Codeblu oleh pihak kepolisian menjadi sorotan publik dan menjadi pengingat akan pentingnya kehati-hatian dalam berinteraksi di dunia digital serta pentingnya profesionalisme dalam menjalankan profesi food reviewer agar terhindar dari permasalahan hukum dan menjaga reputasi pribadi dan profesional.