Bali Gandeng Jakarta dalam Proyek Kereta Api Modern
Pemerintah Provinsi Bali berencana menjalin kemitraan strategis dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mewujudkan proyek ambisius pembangunan sistem perkeretaapian modern di Pulau Dewata. Inisiatif ini mencuat setelah pertemuan antara Gubernur Bali, Wayan Koster, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, di Gedung Kerthasabha, Denpasar.
Gubernur Koster mengungkapkan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk mempercepat realisasi proyek kereta api di Bali. Saat ini, Pemprov Bali masih dalam tahap penjajakan investor dengan berbagai skema pembiayaan. "DKI Jakarta memiliki pengalaman yang berharga dalam bekerja sama dengan pihak lain. Kami berharap Pak Wagub Rano Karno dapat berbagi pengalaman dalam merancang desain yang matang," ujar Koster.
Selain fokus pada pembangunan kereta api, kedua provinsi juga membahas potensi kerja sama lain yang masih dalam tahap penjajakan. Koster menambahkan bahwa berbagai peluang kerja sama antara Jakarta dan Bali sedang didiskusikan dan dikaji untuk direalisasikan dalam beberapa tahun mendatang.
Wakil Gubernur Rano Karno menyambut baik inisiatif kerja sama ini. Ia menyampaikan undangan kepada Gubernur Bali untuk menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Negara Pelopor Indonesia (NPI) di Jakarta pada 17 Juli 2025. Forum NPI ini melibatkan 10 provinsi yang berkolaborasi dalam berbagai bidang, termasuk ketahanan pangan, pariwisata, dan kebudayaan.
"Kami melanjutkan MoU tentang perencanaan Bali membangun infrastruktur MRT. Gubernur Jakarta menugaskan saya untuk memberikan dukungan penuh terhadap langkah Bali dalam mengembangkan sistem perkeretaapian modern yang berkelanjutan," tegas Rano Karno. Ia menawarkan kerjasama teknis melalui PT MRT Jakarta, yang telah memiliki pengalaman dalam membangun dan mengelola sistem MRT.
Kerja sama ini mencakup berbagai aspek, mulai dari perencanaan, pembangunan, pengoperasian, hingga pengelolaan keuangan transportasi berbasis rel. Rano Karno mengakui bahwa proyek MRT membutuhkan investasi yang sangat besar. Oleh karena itu, Bali tidak dapat berjalan sendiri dan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Jakarta siap memberikan dukungan awal dalam bentuk anggaran untuk perencanaan dan desain.
Rano Karno juga menyoroti tantangan khusus dalam pembangunan MRT di Bali, mengingat kekayaan budaya dan adat istiadat yang kuat. Pembangunan rel kereta api di Bali kemungkinan besar akan dilakukan di bawah tanah, yang akan membutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar. Namun, ia optimistis bahwa dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, proyek MRT di Bali dapat terwujud.
"MRT dibangun dalam jangka waktu yang sangat panjang. Kami sedang melanjutkan pembangunan MRT di Jakarta dari HI sampai Ancol atau Kota Tua itu kira-kira 25 km, membutuhkan waktu sampai 2029 selesai. Jadi bisa dibayangkan membuat jalur ini tidak semudah membalikkan telapak tangan," paparnya.
Berikut adalah beberapa poin penting yang menjadi fokus dalam diskusi:
- Kerja Sama Pembangunan Kereta Api: Bali dan Jakarta akan bekerja sama dalam pembangunan sistem perkeretaapian modern di Bali.
- Pengalaman Jakarta: Jakarta akan berbagi pengalaman dalam merancang, membangun, dan mengelola sistem MRT.
- Investasi: Proyek MRT membutuhkan investasi besar, dan Bali membutuhkan dukungan dari investor.
- Tantangan: Pembangunan MRT di Bali memiliki tantangan tersendiri, seperti kekayaan budaya dan adat istiadat.
- Rakernas NPI: Gubernur Bali diundang untuk menghadiri Rakernas NPI di Jakarta.
Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan konektivitas dan mobilitas di Bali, serta mendukung pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di Pulau Dewata.