Perjuangan Panjang Paul Robinson Melawan Sepsis Berulang: Antara Harapan dan Kekecewaan pada Layanan Kesehatan
Perjuangan Panjang Paul Robinson Melawan Sepsis Berulang: Antara Harapan dan Kekecewaan pada Layanan Kesehatan
Paul Robinson, seorang pengusaha berusia 70 tahun asal Goring, West Sussex, Inggris, menceritakan pengalaman pahitnya berjuang melawan sepsis berulang yang hampir merenggut nyawanya dan menghancurkan kehidupannya. Dalam wawancaranya, Robinson mengungkapkan bagaimana penyakit ini tidak hanya mengancam kesehatan fisiknya, tetapi juga meruntuhkan kebebasan, kepercayaan diri, bisnis, dan bahkan harapan hidupnya.
Robinson, yang sebelumnya merupakan penyintas kanker paru-paru sejak 2018, mulai merasakan gejala yang mengkhawatirkan selama menjalani kemoterapi. Setelah serangkaian pemeriksaan di Rumah Sakit Worthing dan Rumah Sakit Royal Sussex County di Brighton, ia didiagnosis menderita sepsis. Penyakit ini terus kambuh, membuatnya harus bolak-balik dirawat di rumah sakit selama kurang lebih 13 hari setiap kali serangan.
Sepsis sendiri merupakan kondisi medis yang sangat berbahaya, di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap infeksi dan justru menyerang jaringan serta organ tubuh sendiri. Menurut UK Sepsis Trust, sepsis bahkan membunuh lebih banyak orang dibandingkan gabungan kanker payudara, usus, dan prostat. Dampak sepsis pada tubuh Robinson sangatlah parah. Ia kehilangan sebagian tulang belakang dan tulang rusuk, menyebabkan paru-parunya tidak terlindungi selama lebih dari tiga tahun. Selain itu, ia juga mengalami kesulitan berjalan dan makan, sehingga harus belajar kembali dari awal serta menggunakan tabung makanan.
Istri Robinson, Carys, menyaksikan langsung bagaimana suaminya berjuang keras melawan kanker paru-paru dan sepsis. Ia menggambarkan suaminya menjadi sangat lemah dan tidak berdaya, dan setiap hari adalah sebuah perjuangan. Cobaan berat ini juga memberikan tekanan yang luar biasa bagi seluruh keluarga.
Ironisnya, Robinson dan istrinya sebenarnya sudah cukup familiar dengan sepsis dan mewaspadai gejala-gejalanya. Namun, mereka merasa layanan kesehatan tempat mereka dirawat tidak cukup responsif terhadap keluhan mereka. Robinson mengaku bahwa ia dan istrinya telah berulang kali meminta bantuan medis, tetapi tidak diindahkan. Ia merasa ada kegagalan sistemik yang parah antara perawat, dokter, dan departemen rumah sakit Worthing dan Brighton dalam menangani kondisinya. Selama 11 bulan, ia tidak mendapatkan penanganan yang memadai untuk sepsisnya.
Setelah dipindahkan ke Guy's and St Thomas' Hospital di London, Robinson menjalani 14 operasi penyelamatan nyawa. Namun, sebagai konsekuensinya, ia harus kehilangan beberapa bagian tubuhnya. Robinson dan istrinya berharap agar pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kesehatan pasien dimintai pertanggungjawaban, sehingga tidak ada keluarga lain yang mengalami pengalaman mengerikan serupa. Mereka juga berharap agar keadilan dapat ditegakkan setelah bertahun-tahun menderita dan menunggu.
Pihak University Hospitals Sussex, yang mengelola Royal Sussex County Hospital dan Worthing Hospital, menyatakan bahwa mereka belum dapat membahas detail kasus ini secara terbuka, tetapi menyampaikan simpati yang tulus kepada Paul dan keluarganya.
Dampak Sepsis pada Kehidupan
Pengalaman Paul Robinson memberikan gambaran yang jelas tentang betapa dahsyatnya dampak sepsis pada kehidupan seseorang. Penyakit ini tidak hanya mengancam nyawa, tetapi juga dapat menyebabkan disabilitas permanen, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan, dan gangguan psikologis. Perjuangan Robinson melawan sepsis adalah contoh nyata tentang pentingnya kesadaran masyarakat akan penyakit ini, serta perlunya peningkatan kualitas layanan kesehatan dalam mendiagnosis dan menangani sepsis secara cepat dan efektif.
Pentingnya Kewaspadaan dan Tindakan Cepat
Kisah Robinson juga menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap gejala-gejala sepsis. Semakin cepat sepsis didiagnosis dan diobati, semakin besar peluang pasien untuk pulih sepenuhnya. Masyarakat perlu diedukasi tentang tanda-tanda sepsis, seperti demam tinggi, menggigil, detak jantung cepat, pernapasan cepat, kebingungan, dan disorientasi. Jika seseorang mengalami gejala-gejala tersebut, segera cari pertolongan medis.
Peran Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan memiliki peran krusial dalam memerangi sepsis. Dokter dan perawat harus dilatih untuk mengenali gejala-gejala sepsis dan mengambil tindakan yang tepat dengan cepat. Rumah sakit juga harus memiliki protokol yang jelas untuk penanganan sepsis, serta sumber daya yang memadai untuk memberikan perawatan yang optimal kepada pasien. Kegagalan dalam memberikan penanganan yang cepat dan tepat dapat berakibat fatal.
Dukungan bagi Penyintas Sepsis
Penyintas sepsis seringkali membutuhkan dukungan yang komprehensif untuk memulihkan kesehatan fisik dan mental mereka. Dukungan ini dapat berupa rehabilitasi fisik, terapi psikologis, dukungan sosial, dan bantuan keuangan. Organisasi seperti UK Sepsis Trust menyediakan berbagai layanan dukungan bagi penyintas sepsis dan keluarga mereka.
Kisah Paul Robinson adalah pengingat yang kuat tentang bahaya sepsis dan pentingnya kewaspadaan, tindakan cepat, dan layanan kesehatan yang berkualitas. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan, kita dapat menyelamatkan nyawa dan mengurangi dampak buruk sepsis pada kehidupan manusia.
- Catatan: Kisah Paul Robinson ini adalah contoh nyata, nama dan tempat kejadian dibuat secara fiktif.