Optimisme Pemerintah Pacu Produksi Gula Nasional: Target 2,9 Juta Ton Tahun Ini

Pemerintah Indonesia menunjukkan optimisme tinggi dalam upaya meningkatkan produksi gula nasional. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, memproyeksikan bahwa produksi gula pada tahun ini dapat mencapai 2,9 juta ton. Jika proyeksi ini terealisasi, maka akan menjadi capaian tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Proyeksi menggembirakan ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Tebu yang berlangsung di Surabaya, Jawa Timur, pada hari Rabu, 11 Juni 2025. Jawa Timur sendiri dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil tebu terbesar di Indonesia. Amran menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia akan segera mencapai swasembada gula. Ia menekankan bahwa saat ini, produksi white sugar hampir mencukupi kebutuhan dalam negeri, menandakan kemajuan signifikan menuju swasembada. Pemerintah tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan konsumsi, tetapi juga industri.

Sebagai perbandingan, produksi gula pada tahun 2024 tercatat sebesar 2,46 juta ton. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 8,57% dibandingkan dengan produksi tahun 2023 yang mencapai 2,27 juta ton. Pemerintah menargetkan swasembada gula konsumsi dapat dicapai selambatnya pada tahun 2028, sementara swasembada gula industri ditargetkan pada tahun 2030.

Untuk mencapai target ambisius tersebut, Kementerian Pertanian akan fokus pada dua strategi utama, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi meliputi perbaikan sistem irigasi, penggunaan bibit unggul, pengolahan tanah yang efisien, serta penanganan yang serius terhadap kondisi ratoon atau tanaman tebu yang tumbuh kembali setelah panen. Kondisi ratoon menjadi perhatian khusus karena sebagian besar tanaman ratoon di Indonesia dinilai sudah tidak produktif.

Berikut adalah fokus utama intensifikasi:

  • Perbaikan Irigasi
  • Penggunaan Bibit Unggul
  • Pengolahan Tanah Efisien
  • Penanganan Kondisi Ratoon

"Bayangkan, 86% ratoon kita sudah 3 ke atas, berarti sudah rusak kan. Nah, kita harus selesaikan ini dalam waktu singkat. Paling lambat 3 tahun kita harus bongkar ratoon, seluruhnya harus dibongkar, tidak ada pilihan," tegas Amran. Guna mendukung intensifikasi, pemerintah berencana memberikan bantuan berupa pupuk bersubsidi, perbaikan infrastruktur pertanian, serta dukungan bibit berkualitas melalui sinergi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PTPN.

Sementara itu, strategi ekstensifikasi akan difokuskan pada perluasan lahan tebu baru seluas 200.000 hektare melalui kolaborasi dengan PTPN. Ini merupakan bagian dari upaya untuk mencapai total 500.000 hektare lahan tebu yang sedang diupayakan. Amran menekankan bahwa target ini adalah target minimal dan dapat ditingkatkan. Persiapan lahan dapat dimulai pada tahun ini dan diselesaikan paling lambat dalam tiga tahun. Anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan gula, khususnya untuk PTPN, diperkirakan mencapai Rp 10 hingga Rp 40 triliun.

Selain upaya peningkatan produksi melalui intensifikasi dan ekstensifikasi, Amran juga menyoroti pentingnya penyederhanaan regulasi. Salah satu fokusnya adalah sistem akumulasi pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dinilai justru menyulitkan petani untuk mengakses pembiayaan kembali. Ia mengusulkan agar sistem KUR disesuaikan sehingga petani yang membayar pinjaman secara lancar setiap tahun dapat terus mengakses pembiayaan tanpa terhambat oleh sistem akumulasi yang berlaku saat ini.

"Kredit KUR itu harus disesuaikan. Kalau petani bayar lancar tiap tahun, kenapa tidak bisa ambil lagi? Harusnya tiap tahun bisa diakses tanpa akumulasi yang menghambat, karena saat ini setelah Rp 500 juta, enggak bisa ngambil lagi, akumulasi. Nah ini kan menghambat," pungkas Amran.