Banjir Ciliwung Melanda Pejaten Timur: Warga Mengungsi di Tempat Sementara
Banjir Ciliwung Melanda Pejaten Timur: Warga Mengungsi di Tempat Sementara
Luapan Kali Ciliwung kembali melanda wilayah Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Selasa, 4 Maret 2025. Tinggi muka air yang meningkat drastis sejak dini hari memaksa sejumlah warga mengungsi, dengan kondisi yang semakin memprihatinkan dibandingkan hari sebelumnya. Laporan di lapangan mencatat sejumlah warga terpaksa berlindung di area pemakaman yang berada di samping SMP Negeri 46 Jakarta, RT 5 RW 5, Pejaten Timur.
Kondisi pengungsian sangat memprihatinkan. Warga tampak mendirikan tenda darurat seadanya menggunakan terpal, spanduk, dan bambu sebagai atap. Beberapa lainnya terlihat berlindung di bawah tenda yang mereka bawa sendiri. Situasi ini menggambarkan kepanikan dan kurangnya persiapan menghadapi bencana banjir yang datang secara tiba-tiba. Pengamatan pukul 16.28 WIB menunjukkan masih banyak warga yang bertahan di lokasi pengungsian darurat tersebut, menunggu air surut dan bantuan yang belum kunjung tiba.
Salah satu warga, Titin (60), menceritakan pengalamannya yang mengerikan. Ia menceritakan bagaimana air naik dengan sangat cepat sekitar pukul 03.00 WIB dini hari, saat ia hendak menyiapkan sahur. “Air naik begitu cepat. Saya bahkan tidak sempat sahur, masak pun tidak sempat. Jam setengah empat, air sudah mulai naik,” tuturnya. Titin mengaku hanya sempat menyelamatkan diri dan tidak sempat membawa banyak barang berharga. Ia menambahkan, ini bukan pengalaman pertamanya mengungsi di kuburan. “Dulu pernah seminggu di sini. Yang penting bisa tidur, di mana saja, mau di SMP, di masjid, asal bisa beristirahat,” imbuhnya. Titin mengaku hingga sore hari belum mendapatkan bantuan dan harus meminta bantuan keluarganya untuk mengirimkan makanan.
Kisah serupa disampaikan Acang (70). Pria lanjut usia ini mengaku tak sempat mengevakuasi barang-barang dari rumahnya karena air yang naik begitu cepat. “Tidak sempat beres-beres, bagaimana mau beres-beres, baru bangun tidur sudah dihadapkan dengan air,” ujarnya. Rumah Acang kini terendam air setinggi sekitar dua meter. Seluruh sudut rumahnya terendam. “Yang penting bisa istirahat dulu. Mau ngungsi di mana saja, asal ada tempatnya,” ungkap Acang pasrah di area pengungsian darurat.
Kejadian ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di daerah rawan seperti Pejaten Timur. Kecepatan kenaikan air yang tiba-tiba dan kurangnya akses bantuan menjadi perhatian serius yang memerlukan respon cepat dari pemerintah dan instansi terkait untuk memberikan bantuan dan perlindungan kepada warga terdampak. Peristiwa ini juga menunjukkan perlunya peningkatan sistem peringatan dini dan perencanaan mitigasi bencana yang lebih efektif untuk meminimalisir dampak buruk banjir bagi masyarakat.
Kondisi Pengungsian:
- Kurang optimal dan prekaris.
- Menggunakan fasilitas seadanya (terpal, spanduk, bambu).
- Beberapa warga mengungsi di SMP Negeri 46 Jakarta.
- Bantuan belum terdistribusi secara merata.
Permasalahan yang Muncul:
- Kenaikan air yang tiba-tiba dan cepat.
- Kurangnya waktu untuk evakuasi barang-barang.
- Ketidakcukupan bantuan logistik dan kebutuhan dasar.
- Minimnya akses informasi dan peringatan dini.