Bitcoin Bergantung pada Kebijakan The Fed di Tengah Ketidakpastian Inflasi AS

Bitcoin Bergantung pada Kebijakan The Fed di Tengah Ketidakpastian Inflasi AS

Pasar kripto global saat ini tengah menghadapi tantangan signifikan, terutama dengan pergerakan harga Bitcoin yang sangat dipengaruhi oleh data inflasi Amerika Serikat. Meskipun ada sentimen positif dari potensi pemulihan hubungan dagang antara AS dan China, faktor ini tampaknya belum cukup kuat untuk mengangkat pasar secara signifikan.

Pergerakan harga Bitcoin baru-baru ini mencerminkan volatilitas pasar yang tinggi. Sempat menyentuh level $108,000, harga kemudian terkoreksi setelah rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang menunjukkan kenaikan menjadi 2.4% secara tahunan. Kenaikan inflasi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan menunda pemangkasan suku bunga acuannya. Dampaknya, sentimen pasar kripto secara keseluruhan menjadi tertekan.

Dampak Inflasi dan Kebijakan The Fed

Analis pasar berpendapat bahwa kenaikan inflasi ini memicu spekulasi tentang langkah The Fed selanjutnya. Pasar kini memperkirakan bahwa The Fed mungkin hanya akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali pada tahun 2025, dengan potensi dimulainya pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada bulan September. Data dari CME FedWatch menunjukkan peluang sebesar 57% bahwa suku bunga akan turun ke kisaran 4%–4.25%.

Jika inflasi terus menunjukkan penurunan dan The Fed mulai melonggarkan kebijakan moneternya, ini bisa menjadi katalis positif bagi pasar kripto, termasuk Bitcoin, untuk melanjutkan penguatan. Namun, ketidakpastian tetap tinggi karena pasar terus memantau data ekonomi dan kebijakan The Fed yang akan datang.

Sentimen Pasar dan Perilaku Investor

Data on-chain menunjukkan bahwa arus keluar Bitcoin dari bursa masih tinggi, menandakan bahwa investor cenderung menyimpan aset mereka dalam jangka panjang daripada menjualnya di pasar. Tekanan beli yang berkelanjutan ini menjadi faktor penting dalam potensi pemulihan harga Bitcoin.

Analisis teknikal menunjukkan bahwa Bitcoin perlu mempertahankan posisinya di atas level support kuat $106,265 untuk menjaga peluang menuju $110,000 tetap terbuka. Namun, risiko penurunan tetap ada jika tekanan makroekonomi global kembali meningkat. Jika Bitcoin turun di bawah $106,265, harga berpotensi meluncur ke kisaran $105,000, yang dapat membatalkan proyeksi bullish dalam jangka pendek.

Faktor Eksternal dan Desakan Politik

Selain data ekonomi, pasar juga memperhatikan desakan politik terkait kebijakan moneter. Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance telah menyerukan agar The Fed memangkas suku bunga acuan hingga 100 basis poin untuk mengurangi beban bunga utang pemerintah.

Keamanan Ekosistem Kripto

Dalam upaya untuk melindungi pengguna dari risiko kejahatan siber, platform kripto di Indonesia terus memperkuat keamanan ekosistem mereka. Langkah-langkah ini meliputi sistem pengawasan real-time, autentikasi dua faktor (2FA), dan teknologi biometrik. Kolaborasi dengan berbagai mitra juga dilakukan untuk mencegah, melacak, dan menindak akun-akun yang terlibat dalam praktik jual-beli akun ilegal.

Edukasi publik tentang bahaya penipuan daring, pentingnya menjaga data pribadi, dan cara mendeteksi informasi palsu juga menjadi fokus utama. Dengan sinergi ini, industri kripto di Indonesia diharapkan dapat tumbuh sehat, aman, dan berkelanjutan.

Berikut adalah beberapa point penting dalam berita:

  • Kenaikan inflasi AS menekan harga Bitcoin.
  • The Fed diperkirakan akan menunda pemangkasan suku bunga.
  • Investor cenderung menyimpan Bitcoin dalam jangka panjang.
  • Platform kripto memperkuat keamanan ekosistem.

Kesimpulan

Pasar kripto, khususnya Bitcoin, saat ini sangat sensitif terhadap data inflasi AS dan kebijakan moneter The Fed. Meskipun ada sentimen positif dari faktor eksternal, ketidakpastian ekonomi global tetap menjadi perhatian utama. Investor dan pelaku pasar perlu terus memantau perkembangan ini untuk membuat keputusan investasi yang tepat.