Pasar Guyub 2025: Surabaya Hidupkan Kembali Cita Rasa Nusantara di Kalangan Generasi Z

Surabaya menjadi pusat perhatian para pecinta kuliner dengan digelarnya Festival Kuliner Pasar Guyub 2025. Bertempat di Grand City Mall, acara yang berlangsung dari tanggal 11 hingga 22 Juni 2025 ini bukan sekadar pameran makanan, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan generasi Z dengan kekayaan warisan kuliner Indonesia, khususnya jajanan tradisional yang kian langka.

Iwan Wijaya, Marketing Communication Manager Grand City Surabaya, mengungkapkan bahwa Pasar Guyub tahun ini akan memfokuskan diri pada ragam jajanan dan makanan ringan khas dari berbagai daerah di Indonesia. "Pasar Guyub tahun ini memasuki tahun kedua. Kami memberi penekanan pada makanan ringan dan jajanan tradisional. Tentu saja, kami juga menyediakan makanan berat agar pengunjung dapat menikmati makan siang atau makan malam di sini," jelasnya.

Pengunjung dapat menikmati hidangan khas seperti:

  • Selendang Mayang dari Betawi
  • Kue Lumpur Kentang dari Semarang

Setiap stan kuliner membawa cita rasa dan cerita unik dari daerah asalnya. Sebanyak 40 stan kuliner dari berbagai kota seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Solo, Palembang, dan Pontianak, hadir untuk memanjakan lidah pengunjung dengan hidangan yang kaya rasa dan sarat akan sejarah.

"Kami menghadirkan Selendang Mayang, kuliner Betawi klasik yang kini sulit ditemukan. Kami merasa penting untuk melestarikan hidangan ini," ujar Iwan Wijaya.

Mengenalkan kuliner tradisional kepada generasi muda, terutama Gen Z, menjadi tantangan tersendiri. Iwan mengakui bahwa diperlukan pendekatan kreatif untuk menarik perhatian mereka.

"Anak muda zaman sekarang lebih tertarik pada makanan yang sedang viral. Oleh karena itu, kami menggandeng influencer yang aktif di Instagram dan TikTok untuk mempromosikan acara ini," tambahnya.

Soal harga, Iwan menjamin harga kuliner yang ditawarkan tetap terjangkau, meskipun ada sedikit penyesuaian mengingat para pelaku usaha datang langsung dari kota asal mereka. "Mereka membawa bahan baku dan resep otentik. Jadi, meskipun ada perubahan harga, harganya masih masuk akal dan ramah di kantong anak muda," jelas Iwan.

Dimas Pramudya, perwakilan penyelenggara dari Jiiscomm, menambahkan bahwa para tenant yang berpartisipasi telah melalui proses kurasi yang ketat. "Banyak kuliner legendaris yang hampir punah. Bahkan, beberapa di antaranya hanya bisa ditemukan di satu tempat. Kami berinisiatif untuk menjemput bola dan meyakinkan mereka untuk hadir di acara ini," tuturnya.

Lebih dari sekadar festival, Pasar Guyub adalah wujud nyata pelestarian budaya yang dikemas sesuai dengan gaya hidup masa kini. Dengan sentuhan visual modern, pilihan menu yang otentik, dan promosi melalui media sosial, festival ini berupaya menjembatani generasi muda dengan warisan kuliner leluhur.

Festival ini menargetkan 8.000 pengunjung pada hari biasa dan 15.000 pengunjung pada akhir pekan. Target yang optimis, namun realistis, mengingat antusiasme masyarakat, khususnya anak muda, terhadap hal-hal berbau lokal yang dikemas secara menarik terus meningkat.